Friday, December 06, 2002

Surat Aryati



8:29 PM 4/11/02
Namaku Tole,..
Diminta Aryati tuk melanjutkan kisahnya yang belum usai ia paparkan...
bukan untuk dia bukan pula untukku. Untuk mereka yang minimal pernah
bertutur atau berserapah tentang cerita hidup yang Ia jalani.Aku pun tak tau,
sisi mana yang musti aku ceritakan, sisi mana yang mesti di tulis.
Yang kuingat, sebelum ia pergi itu,..aku sempat membaca tulisan dalam selembar kertas putih,
surat Ibundanya.

Tulisannya tak begitu bagus, biasa saja dan bagiku bergaya klasik, tulisan sambung miring yang
melengkung lengkung. Persis rambutnya yang ikal dan melengkung lengkung. Ah, lembut sekali
rasanya jika membelai atau dengan penuh perasaan menarik narik rambut itu kebawah lalu
melepaskannya. Seperti pegas,..tuink!

Dalam lembaran kertas itu, terlihat tak rapi dan di beberapa bagian kulihat tinta yang luntur.
Aku yakin itu bukan karena atap yang bocor, tapi tetes air mata nya. Adakah ia menangis
ketika menulis itu? Bisa jadi, karena aku pun begitu. Menangis adalah manusiawi,
tapi itu bodoh kata Jagger, yang menemaniku malam ini,"fool to cry" dan "Love is Strong".

Baiklah kan kucoba menceritakan apa yang kubaca saat itu,......

Kagem Ibunda wonten griyo,..
Ibunda,..
bagaimana kabarmu ibundaku? Masihkah senyum itu menghiasi bibirmu hari ini..?

bunda,.
hari ini,.
entah mengapa, aku teringat banyak kenangan masa lalu yang pernah kulalui.
masa masa kecil dulu, masa masa aku penuh tanya, masa masa aku penuh kerinduan, penuh keriangan.
Semua kurasa indah bersamamu ibunda,..di kampung halaman kita yang teduh,..yang dipagari hutan
bambu dan diapit sendang yang bening dan bersih. Sebuah kampung yang semua orang saling kenal,
saling tau isi dapurnya, saling rasa satu sama lain. Mandi bersama dikali,.
ngangsu bergantian di sumur pak RT, semua terbayang.

Begitu juga dengan teman teman kecilku dulu. Hari ini terbanyang semua, entah kenapa.
Teringat aku ketika kecil dulu, tatkala hujan tiba kami beramai ramai mandi hujan,
main petak umpet dan saling bekejaran. Sungguh senang dan bahagia ketika itu.
Walau kemudian kutahu bunda bersedih karena demam yang kemudian mendera tubuhku.

Bunda,..
ketika hujan hujanan dulu itu,...
aku menyadari satu perbedaan antara aku dan banyak temanku yang lain.
Ketika itu, seperti bunda tau, kami tak berbusana. Aku hanya mengenakan cawat seperti
teman perempuanku lain, dan mereka yang lelaki, banyak yang sama sekali tak mengenakan
sehelai benang pun. Yang kulihat, diantara selangkangan kami bentuknya berbeda.
Ah, aku jadi tersenyum kembali ketika ingat itu pernah kutanyakan pada si Anto,
yang sekarang juragan pecel itu,

"To..nggonmu kok ngono...kuwi opo?"
"iki jenenge manuk,..aku cah lanang Ti,..Kabeh cah lanang duwe..."

dan engkau hanya tersenyum ketika kuceritakan ini padamu dulu. Ingatkah itu Bunda?

Kini, ketika aku telah begitu cantiknya, barang macam itu bukan sekali atau dua kali aku jumpai.
Beratus kali ia kumainkan. Terkadang kutelan, terkadang kuperas dan ia menggeliat.
Sampai akhirnya,..muntah..

Lalu,..
ketika engkau perkenalkan aku pada bangku sekolah di desa dulu,..
aku menyadari ada sesuatu yang kurang diantara kita. Bunda,..banyak temanku diantar Bapaknya
....sementara aku? hanya bunda dan terkadang eyang kakung.
Sebenarnya, bukan hanya ketika itu aku sadari itu. Kuingat, satu hari usai kami gerak jalan 17-an,
teman temanku di jemput orangtuanya, bapaknya. Seperti si Ririn yang setelah lelahnya,
ia berlari menuju bapaknya dan dengan manja ia minta es cream yang rasanya nikmat diudara yang panas.
Seringkali ketika kulihat teman teman itu dipangku dan di gendong bapaknya,
aku merenung dan bertanya,

"bapakku dimana...?"

Punya kah aku Bapak, wahai bundaku? Pernah kutanyakan itu kepadamu dulu,
dan aku tak mengerti jawabanmu, yang hanya senyum dan tatap mata yang menerawang.
Dimanakah gerangan bapakku bunda? engkau tak pernah menjawab. Jikapun pernah engkau jawab,
jawabanmu begitu singkat,"ke kota". Atau jawaban lain yang kerap kudengar,"ke proyek".
Aku cukup bisa merasa mengerti ketika itu, bahwa aku punya bapak. Jawaban bunda itulah yang
kugunakan untuk menjawab ledekan, olokan dan godaan teman teman, yang terkadang usil menggodaku
tidak punya Bapak. Sering aku bersedih, namun tatkala jawaban itu kulontarkan, legalah hatiku.

Bunda,..
Beranjak dewasa,..secara alami aku sadari apa dan bagaimana diriku ini.
Aku sadari kemudian, ada banyak yang berubah dalam diriku. Bagian dadaku membesar.
Kini orang sering bilang ukurannya begitu pas dan serasi dengan tubuhku 32B pada usia 16 dan kini, 36B.
Aku tahu pula bahwa ada dia yang datang tiap 28 hariku, yah, aku telah perawan kini, kata banyak orang.

Kata mereka aku cantik, ayu dan angun, hanya sayangnya,..aku tidak punya bapak...
sering kudengar bisik bisik omongan tetangga,..bahwa ibu sekedar persinggahan,..bekas sundel kata mereka dulu,..
dan siang itu,..maafkan aku bunda,..kalo aku harus bertanya padamu tentang itu,...
engkau terlihat letih mendengar pertanyaanku,..dan kurasakan getaran amarahmu,..
getaran kecewamu,..kebencianmu dan semua perasaanmu..dalam jawabanmu..dan aku...aku anakmu...
segala rasamu..kurasa begitu dalamnya,..sampai aku kemudian merasa buta,..tak memilih dan memilah,..apakah semua sama,..
apakah ada bedanya...ku membenci mereka,.....kaum yang melukai hati bunda,..

Aku tak tau,bagaimana aku sampai terlarut didalamnya sampai aku begini. Bunda,...tak sekali dua kali,..
putrimu ini terlambat datang bulannya, dan selalu sama perihnya..seperti dulu dulu...
ah bunda,..perih perih perih,.......

Bunda,..
dalam keseharianku kini,.
seringkali aku berfikir,..bagaimana mereka kaum kita yang lelakinya bersamaku,..
yang mengabaikan mereka karena tubuhku,..karena selangkanganku..
entahlah..aku tak bermaksud menyakiti mereka,..aku juga tak ingin mereka menangis,..tapi..
lelaki ini bunda,..lelaki ini..yang merusak kita,..
salahkah aku bunda,...???
dan taukah bunda,..dimata ini,..terang,..sungguh sungguh terang,...bayangan tangis bunda siang
itu yang bertutur kebenaran kepadaku,..yang melatari hadirku kini,..

BUnda,..
hari ini aku sakit...
sama seperti yang lalu..dan lebih perih...
aku dalam kesenderian..tiada sengkau dan tiada yang lain.
Satu satu kata kutuliskan, akankah kukirim? aku tak tahu....
yang pasti..kuingin sampaikan permintaan maafku,..tidak sungkem dimalam fitri yang lalu,..sebelumnya dan sebelumnya..
aku malu..tuk hadir disana,..di kampung kita yang santun, yang bertutur dengan hati dan bukan dengan selangkangan..
kurindu engkau bunda...



No comments: