Monday, April 21, 2003

Dua buah buku yang penuh kenangan...







resume dan cerita di baliknya...menyusul......hehehhehe



Bukan Dongeng Terindah Tentang Cinta (2)



===================================

Aku masih termenung dalam kamar, ketika Eva yang bersamaku satu kamar datang dan terperanjat.
"Ya ampun shelma...ada apa dengan kamu?" Ia bertanya dengan membelalakkan mata. Mata yang bulat, memancarkan rona heran dan rasa tidak percaya atas apa yang dilihatnya. Tangan Eva merengkuh bahuku seraya menatapku penuh selidik.

"Kamu. Kamu kenapa sayang..?", Ulangnya setelah pertanyaan sebelumnya tak mampu kujawab. Aku hanya terisak. Semakin erat aku memeluknya.

"Ayah...Ayah menerima pinangan keluarga Aryo..uhuu..huu..,"sesegukan aku sampaikan apa yang terjadi. Aku tak mampu melanjutkan kalimatku, karena sesaat kemudian aku dalam pelukan Eva yang memelukku erat. Airmataku tumpah di bahunya. Kutumpahkan semua emosiku padanya.

"Dan kamu memotong rambutmu untuk buang sial? Ya Allah,..shelma kenapa begini...,"tak kalah harunya Eva berkata. Aku tak lagi menghiraukannya. Semua terasa perih di hati. Adakah kepedihan lain yang tak sepedih ini?

Hari berikutnya, ketika aku telah tiba kembali di Jogja, semua terasa asing. Kurasakan seolah-olah semua mata menatapku tajam. Mereka bertanya-tanya dengan keputusanku menerima pinangan itu. Heran, mengherankan. Saran dan nasehat kemudian terlontar, namun keputusanku sudah bulat. Hanya, bagaimana aku harus menyampaikan pada Ale? Sepagian ini, aku hanya tiduran. Pikiranku kelu, suntuk, sangat suntuk. Beberapa kali kudengar telepon berdering, menanyakanku, oleh Ibu dikatakan aku tidur. Aku yang meminta itu. Aku tahu beberapa kali Ale yang menelponku itu. Tak hanya telepon, sms darinya pun bertubi-tubi masuk memenuhi ponselku. Jika sms-nya masuk, kala itu kutahu ia Online. Ia memanfaatkan ICQ untuk menghubungiku sekaligus pertanda ia minta aku Online. Aku harus bagaimana? Kutatap dinding kamar, vas bunga dan semua isi kamar kurasa menatapku sinis. Seolah mereka tau apa yang terjadi dalam hatiku dan berkata,"Wahai Nona muda nan jelita, tidakkah kau tau kekasih hatimu sedang menunggu kabarmu. Tidakkah kau kabarkan keindahan hari ini padanya? Atau kau akan mengakhiri keindahan yang baru saja engkau semaikan?"

Tidak ada keindahan hari ini. Hanya kesedihan, duka yang akan kusampaikan. Aku telah memilih sebuah pilihan yang teramat berat dan paling berat dalam hidupku untuk meninggalkan cintaku yang sedang tumbuh. Aku mencintainya, aku mencintai Ale. Aku meninggalkannya, aku menyakitinya. Sungguh, ini bukan sesuatu yang kami harapkan. Andaikan ada jalan lain, andaikan tidak ada hutang budi itu, andaikan tidak ada rasa harus membalas kasih sayang keluarga Arma, andaikan...andaikan.. ah mimpi. Tanpa kusadari kembali menetes air mataku. Dan lappie kesayanganku kurasa ia memanggil-manggilku agar aku membuka dan menghubungkannya ke dunia yang mempertemukan aku dan cintaku. Entah kekuatan apa yang menggerakkanku untuk membuka dan mengaktifkan account indosatku untuk terkoneksi ke internet.

Lappie telah terbuka. Latarbelakangnya, membuatku bergetar. Lelaki muda berdiri dengan tangan berlipat di dada, tak berbaju, bertelanjang dada menatapku tajam menyimpan senyum misterius, entah untuk siapa. Dulu pernah aku tersenyum ketika di website itu foto ini dikomentari seorang kawannya, untuk siapa senyummu itu Le? Kini kutahu, senyum itu milikku. Milikku seorang. Tak peduli berapa gadis lain kan mencemburuiku. Aku memilikinya. Di lengan tangan kanannya, sebentuk gambar melekat. Sebuah tattoo, yang katanya adalah kenang-kenangan dari kepala dusun KKN nya dulu. Entah KKN model apa yang dijalaninya dulu, kok kenang-kenangannya sebuah tattoo. Padahal biasanya kan, batu marmer yang di tempel foto bersama atau vandel mika yang diwarnai macem-macem sebagai kenangan. Cukup membanggakan, lelakiku ini adalah kordesnya. Ia bisa memimpin.

Kubiarkan foto itu tetap disana, menajadi latar belakang monitor lappie kesayanganku. Mouse kuarahkan ke shortcut indosat. Setelah beberapa kali nada dialingnya bergema, koneksi terbentuk.

Mirc telah terkoneksi ke sebuah server yang cukup singkat namanya: austnet. Sebuah channel kecil yang hanya aku dan ale yang tau: #myshelma. Ketika aku memasukinya, dua nama telah hadir disana, ChanOp dan Ale. Sebuah topic yang mengejutkanku tertera disana,"Shelma,..perasaanku gak enak. Kamu baik-baik aja disana?"

Kekasih hatiku telah disana dan aku hadir dengan berita duka.

Segera setelah nicknameku terpampang dilayar lappie, kulihat dimonitor Ale telah mengetikkan dua karakter khas, titik dua dan kurung tutup. Tersenyum ia padaku. Selanjutnya,

"Sayang..baru bangun yah? Dah cuci muka? dah cantik?"

Aku tak mampu berkata-kata. Jawabku singkat, titik dua dan kurung buka. Cemberut. Dibalas Ale dengan serentetan tanda tanya dan satu kata tanya,

"Kok? Ada apa Nona Shelma?"

Aku tetap tak menjawabnya. Tak ada kekuatan untuk menggerakkan jemariku, mengetikkan apa yang harus kusampaikan. Ia kembali menulis,

"Uh. Ada apa seeeeee, kok ga mau ngomong? Tau ga dr kemaren pikiranku ga enaaakk banget. Shelma sakit? Ada masalah pas presentasi? Kok diem... Jawab dong sayang...."
"Ale,..sayang...Shelma mau ngomong..."
"apa sayang...?"

Uh. Beberapa kali aku telah mendengar suaranya. Beberapa kali pula kata sayang itu kudengar. Suaranya tidak begitu bagus, hanya memang terdengar beda. Sexy, mungkin itu ungkapan paling jujur yang bisa kusampaikan. Dan kini di depanku, ia menulis sapa sayang...terbanyang suaranya..terbayang kemesraan dalam telepon itu. Akankah kembali kudengar kata-katanya, suara sexy-nya tatkala apa yang kurasa, apa yang kupilih ini kusampaikan padanya?

"uh...mmmmmmmmm.." Sebuah Bridge. Aku belum mampu mengungkapnya.
"Kok mmm doang.. lagi M Yah?"
"Gak. Shelma lagi gak M. uh...enak aja."
"Hehehehe.. iya iya.. ngga M yg itu. Tapi M yang lain iya...?"
"paan tu?"
"Mumet?"
"ale....maafin shelma..hiks.."
"maafin? hiks?"
"alee...shelma dah khianatin kamu.....huhuuuuuu"
"Khianatin? Khianatin apa? kok tambah ga jelas gini. Sayang...tarik nafas dulu deee...tenangin pikiran..."

Tenangin? Bagaimana bisa aku tenangin. Wahai lelaki pemilik jiwaku. Ingatkah kau pada mimpi buruk yang pernah kuceritakan dulu padamu? Tentang diriku yang terpenjara dan engkau pun tak sanggup membebaskanku? Kurasa, ini lah saatnya itu dimulai. Bukan hanya bunga tidur sayangku. Ini akan kita hadapi.

"Ale...shelma dah khianatin kamu. Kemaren, ayah menerima pinangan keluarga temannya. Dan secara ga langsung, shelma menerima karena..karena pernah mengatakan mau merawat anak lelaki yang mau menyunting shelma...maafin shelma.."mengalir semuanya dari barinku.

Hening. Jam dinding serasa berhenti berdetak ketika pada akhirnya aku menuntaskan kalimat itu. Aku telah menyampaikannya. Aku telah menyampaikan berita itu padanya. Ale terdiam. Entah apa yang terjadi disana, pingsankah dia? marahkah dia? Ya Allah, maafkan aku. Ampuni aku....

Tak tahan dengan keterdiamannya, aku perlahan mengetik...

"Ale...maafkan shelma.."

Tak ada jawaban, lalu...

"Jika sekarang ale mau benci shelma, bencilah. Aku rela...." Kutulis apa yang bisa kutulis. Perasaanku galau dengan ini semua.

"mmm..itu sudah final?,"ale mulai bicara.
"final?"
"Yah.. tak bisa dirubah lagi?"
"mmm...tidak. Ayah akan marah besar jika aku menolak..aku ga bisa apa-apa.. maafkan. Ini menyangkut hubungan antar keluarga. Bahkan harinya sudah ditentukan."

Aku berbohong padanya. Sampai detik itu, lelaki ini tak pernah tau bagaimana statusku dalam keluarga Arma. Tak seorang kawanku yang mengetahui keberadaanku dalam keluarga itu. Sungguh bukan sesuatu yang mengenakkan berada dalam posisi ini.
Aku telah siap semuanya. Setidaknya, inilah yang kurasakan sekarang. Aku ingin menghadapi semuanya, sendiri.

"Aku akan ke Jogja besok,"tiba-tiba Ale bicara.
"Ha?"
"Iya..besok aku ke Jogja. Aku jemput kamu.."
"Untuk apa?"
"Aku ingin bawa kamu kesini..." Ale menegaskan keinginannya.

Akankah ia datang menjemputku? bahkan alamatku pun ia belum tau. Ini kesalahan fatal kami? Selama kebersamaan kami yang masih dalam hitungan hari ini, kami terlena dalam perasaan sayang yang tak menduga banyak hal-hal lain yang musti dipikir. Tukar alamat misalnya.

"jangan...ga berguna..."
"ga berguna? Bagaimana kamu bisa ngomong gitu sementara kita belum mencobanya,...?"
"mencoba? mencoba apa?"
"saya akan hadapi bapakmu...aku akan bicara pada Beliau..."
"pleaseeee...jangan...kamu ga perlu berkeras keik gini..."
"kenapa?"
"ale..aku sayang kamu...aku mencintai kamu....aku ga ingin kamu susah...cari gadis lain...shelma ga p[antes buat kamu..."
"gadis lain? gak pantes? sejak kapan kosa kata itu ada di benakmu myshelma?"
"sayang..maafkan shelma..."
"aku besok akan ke Jogja..jemput kamu..dan kita kesini..hidup disini..."
"ngggaaaaaa....kamu ngga usah kesini...biar shelma sendiri yang tanggung ini semua...kamu selesaiin kuliah dulu.."
"kamu? kamu sendiri? lalu aku dimana? akankah aku hanya terdiam tatkala kamu dalam kegalauan? pria macam mana aku?
Shelma sayang...yang penting sekarang kita ketemu dulu...kita rundingkan semuanya bersama...
termasuk..kalo kita musti kawin lari..kamu masih mencintai saya kan?"
"kawin lari..?"
"iya..kenapa ngga...?"
"..aduh..binun shelma..."
"..ga usah bingung sayang....shelma tenangin diri disana...yakinlah..semua akan bisa kita atasi bersama..."Kalimatnya berusaha meyakinkanku.
"..alee...shelma pusing... mo bobo aja.."
"..mmmm..iya...kamu istirahat...aku juga mau quit..mo nyiapin buat besok..."
"ah..jangan...pleaseeee..ga usah ke Jogja..."

Percuma. Ia terlebih dulu keluar.

[01:35:13] *** Quits: Ale (fly@202.95.144.2389) (Exit: aku bukan lelaki pecundang yang meninggalkanmu dalam duka..luv u my shelma..)

Aku bertambah bingung. Kerinduan untuk bertemu, keengganan membawanya dalam tarian duka yang harus kumainkan, dan ah..aku ingin memeluknya. Aku ingin menangis dalam pelukannya, aku...aku ingin memberikan keindahan pertamaku padanya..hanya padanya. uh harus bagaimana ini.??

Taukah engkau apa arti keindahan pertama bagi perempuan? Adalah persembahan kesucian dan kehormatan untuk orang terkasih, orang tercinta. Ini mungkin berbeda dengan lelaki. Seorang perempuan akan berfikir seribu kali untuk menyerahkan kesuciannya. Seorang lelaki, bisa saja keperjakaannya hilang disembarang tempat. Kompleks pelacuran, WC kamar mandi juga karena berbagai sebab. Tangan yang berlumur sabun atau oli mungkin dua diantaranya. Sedang perempuan? tidak semudah itu. Walau, ada memang
perempuan lain yang menganggap itu bukan sesuatu yang penting. Itu urusan mereka. Bagiku ia adalah kehormatan. Ia adalah cinta kasih. Hanya orang yang kucintai yang berhak menyentuhku. Ini sumpahku.

Lelah aku berfikir, tak kusadari aku terlelap karenanya. Lelah, sungguh lelah.


====================


Dari jauh, rumah kost itu tampak besar dan rasanya setelah kembali kuperhatikan, ia bukanlah berbentuk sebuah rumah. Rangkaian kamar-kamar kost tepatnya, yang beratap asbes warna putih. Aku belum tau bagaimana tampak mukanya, karena dari tempatku memandang sekarang yang terlihat adalah bagian belakangnya. Di bale tepi pematang sawah ini aku terus memandang. Bale apa ini namanya? Ale dulu pernah cerita tentang beberapa keunikan bangunan bali yang memiliki beberapa bale yang khas. Bale bali? bale bengong? Mungkin satu diantara keduanya. Tapi kalau dirasa bale ini ada di tepian pematang dan di pinggir jalan mungkin ini bale untuk penjaga sawah.

Tadi, ketika menuju tempat ini, aku sengaja meminta sopir taksi untuk menurunkanku disini, agak jauh dari alamat yang kutuju itu.
Aku ingin mempersiapkan langkah. Bukankah sebuah tujuan yang baik harus disusun dengan langkah yang baik?

Aku baru menyadari sesuatu yang khas disini. Bahwa ternyata, di bagian sisi kota Denpasar masih ada persawahan seperti ini.
Kost itu benar-benar di tengah sawah, yang di hubungkan dengan jalan tak beraspal menuju sebuah jalan lain yang tak begitu ramai.
Mirip dengan di Jogja, walau tidak persis. Aku ingat, ini mirip dengan salah satu impian kami berdua dulu. Kami, aku dan Ale, pernah memimpikan membina sebuah keluarga kecil yang terletak ditengah sawah, kami bercocok tanam disana, merawat tanaman-tanaman itu tumbuh dan memakan dari apa yang kami tanam. Indah, sungguh indah jika saja itu semua bisa terjadi. Mirip keluarga cemara yang hidup di alam pedesaan yang menyatu dengan alam.

Tak jauh dari tempatku memandangi rumah kost itu, sebuah kenyataan yang berbeda terlihat. Jalan raya yang di penuhi hilir mudik dan lalu lalang kendaraan bermotor, rentetatan ruko yang berdiri memanjang sepanjang jalan dan suasana khas kota besar lain seperti pedagang kaki lima, yang walau tak sebanyak di Jogja atau kota-kota lain, pemandangan itu tetap ada. Ruko-ruko itu memiliki kesamaan satu sama lain yang khas. Warna merah bata pada kolom-kolomnya. Bata gosok kata Ale dulu. Bata gosok memang sesuatu yang lazim ditemui dalam bangunan-bangunan di bali. Ruko itu rata-rata bertingkat dua, dengan tiga lantai. Untuk menghitung kekuatan strukturnya jika dilakukan secara manual, sama saja dengan kita membatik kertas dengan perhitungan-perhitungan yang njelimet. Metode yang lazim dipergunakan adalah metode takabeya, yang me redistribusi momen yang menjadi bebannya. Kata Ale dulu, setiap bangunan tidak membutuhkan syarat yang neko-neko. Secara teknis, syaratnya hanya tiga. Jumlah gaya arah horizontal, arah vertikal sama dengan nol dan jumlah momen yang bekerja juga sama dengan nol. Yang membedakan pada masing-masing bangunan itu hanyalah fungsinya bagi manusia. JIka sudah bicara tentang fungsi yang dengan sendirinya akan bermuara pada bentuk bangunan, beban dan komposisi ruangnya. Pada tingkat ini, seringkali orang-orang sipil bersebrangan dengan orang-orang arsitek. Orang-orang arsitek yang mendesain menurut fungsi dan penataan ruang, seringkali berbeda keinginan dengan orang-orang sipil yang ingin simetris-simetris saja agar memudahkan perhitungannya. Tapi kata Ale lagi, semua itu sekarang bukan masalah yang besar karena banyak software yang mempermudah analisa dan perhitungan struktur di release seperti sap2000.

Ketika Ale menjelaskan itu semua dulu, aku hanya terbengong-bengong karena memang tidak mengerti maksud-maksudnya. Tapi begitulah dia. Ia ingin aku mengenalnya lebih dari sekadar mengenal untuk dicumbu dan dirayu. Ia ingin aku mengenalnya secara utuh, termasuk mengenal kawan-kawannya. Sesekali ia bercerita tentang satu-satu kawannya, perilaku mereka, ke-khas-an yang ada pada mereka dan caci makiannya pada mereka pula.

Kembali kupandangi rumah kost itu. Akankah aku berani melangkah kesana? Menemui satu penghuninya dengan segala duka yang
pernah mengiringi kami? Setelah aku bersusah payah mencarinya dan bertanya ke berbagai tempat? Ah, kenapa perasaan ini tiba-tiba muncul? Aku merasa galau untuk melangkah.

Beberapa hari menjelang keberangkatanku ke pulau Bali ini, aku kembali menyempatkan diri online di austnet. Hampir dua tahun sejak saat-saat terakhir komunikasi kami melalui irc. Aku mencari apakah ada informasi tentang Ale. Berbagai usaha kulakukan dengan bertanya kepada beberapa chatter yang ada disana. Banyak yang aku tidak mengenalnya. Orang-orang lama sudah menghilang rupanya. Nickname ale pun sudah tidak terregistrasi. Channelnya sudah pindah tangan. Dalam beberapa hari itu pula aku merenungi smua yang terjadi dalam hidupku. Lika-liku perjalanan irc ku, perkenalan dengan ale dan sebuah rasa takjub terhadap sebuah program komputer yang menghubungkan banyak insan dari berbagai tempat, menjalin komunikasi, bahkan menjalin perasaan cinta kasih. Inikah jawaban atas kebutuhan manusia modern? Benarkah itu yang kita butuhkan? Sebuah dunia tanpa batas? JIka benar ia tanpa batas, bukankah semestinya kami tak terhadang kenyataan kenyataan pahit yang menimpa kami? Apakah ini kesalahan kami dalam memaknai kemajuan teknologi? Entahlah. Ternyata diantara wilayah tanpa batas itu, kita justru terbatas oleh pengetahuan dan ilmu yang kita miliki. Aku masih manusia. Penuh keterbatasan.

Kuangkat pantatku dan berdiri. Jika terus aku disini, takkan pernah aku menggapai langkah lebih jauh. Takkan aku tahu benarkah cintaku ada disana. Masihkah ia mengingatku? masihkah ia menantiku? bagaimanakah rupanya kini? Apapun yang terjadi, aku harus kuat. Aku masih bisa merasakan getaran-getaran batin bahwa ia merindukanku. Dalam sebuah mimpiku, kulihat ia bermunajat. Ada namaku disebut. Pada saat-saat seperti itu, batinku bergetar.

Dalam beberapa langkah, kakiku akan sampai di gerbang rumah kost itu. Sebentuk pintu rel terbuka lebar. Sebuah hardtop krem dan beberapa sepeda motor parkir di halamannya. Hardtop itu dan tiga motor yang parkir seri ber pelat DK sebuah motor lain ber pelat B. Suasananya tampak sepi, seperti tak ada kehidupan. Saat itu jam ditanganku menunjukkan jam dua siang.

Dugaanku salah ketika menduga tak ada orang disitu siang ini. Seorang ibu-ibu berdiri tampak sedang mengerjakan sesuatu.
Kuamati sekilas, aha..sedang meracik bumbu rupanya dan di depan itu rupanya sebuah warung. Sebuah warung yang menempelkan dirinya pada sebuah dinding kamar kost yang kebetulan menghadap kearah utara. Agak samar karena jendelanya tertutup.
Rumah kost itu sendiri rupanya berbentuk letter U menghadap ketimur dan sebidang lain berada di tengah-tengahnya.

Langkahku perlahan dan pasti kuarahkan kepada ibu yang tengah meracik bumbu itu. Ia tak menyadari kehadiranku,
ketika aku menyapanya,...

"permisi ibu....,"aku mulai menyapanya.
"eh eh...e lha dallah.....ngageti ae...," Ia terkejut dan tak menduga kehadiranku disana.
"Ups..,"tak kalah terkejutnya aku. "maaf..maaf bu..,"aku berusaha meredakan keterkejutannya.

Kuperhatikan, ia seorang yang berumur sekitar limapuluhan. Beberapa bagian mukanya sudah berkeriput, ada rona sayu dimatanya.
Masa mudanya tampak tak terlalu cantik, namun sumringah. Bukan etnis bali, karena tadi sepintas ia berbahasa dengan logat jawa yang kental.

"adik ini siapa dan nyari siapa?, "mulai ibu itu bertanya setelah terlepas dari keterkejutannya.
"saya shelma Bu.."
"shelma? Bukan sales kan?"
"BUkan...saya shelma..saya kesini mau ketemu Ale. Ale masih tinggal disini BU?"
"Ale?"
"injih.."
"Namamu siapa tadi nak? sel sel..."
"shelma bu..."
"shelma..?" Diulangnya namaku. Kali ini diucapkan dengan nada bertanya.


Saturday, April 19, 2003

Tanpamu, Emosi Hari Ini Adalah Kesedihan Kemarin










Wednesday, April 16, 2003

Bukan Dongeng Terindah Tentang Cinta



Hamparan sawah dengan padi yang mulai menguning mengelilingi bangunan yang masih tampak baru itu. Beberapa petani tampak duduk dipematang, berbincang antar sesamanya dan beberapa orang anak kecil saling bekejaran, entahn sedang bermain apa. Bangunan itu bunkanlah satu-satunya bangunan yang ada disekitar pesawahan itu, ada sederet bangunan yang tampak sama. Bangunan baru itu adalah sebuah rumah kost yang pada akhirnya kutemukan alamatnya. Yah, tanpa perlu mendekat, aku dapat memastikan bahwa itulah tempatnya, karena persis seperti yang tadi di gambarkan ketika aku mencari di kostnya sebelum. Begitulah aku mencarinya, berbekal catatan lama yang pernah ia berikan, aku menelusuri satu-satu. Seminggu di pulau dewata ini, baru kemarin aku mantap melangkahkan kaki menelusuri jejaknya. Sebelumnya, lebih banyak terdiam di kamar hotel dan sesekali melangkahkan kaki keluar kamar, hanya untuk sekadar menghilangkan rasa curiga pegawai hotel karena aku terus mendekam dalam kamar.

Seminggu lalu, hari sabtu yang panas di bandara Adi Sucipto Jogjakarta, sempat kegalauan bertahta dihatiku namun segera kupastikan langkahku ketika Mbak Arma, kakak angkatku bertanya, "Shelma, kamu mantap dengan keputusanmu ini? Kamu siap menemui dia?"

Suaranya datar tanpa ada nada penekanan, hanya sorot matanya memaksaku untuk menundukkan kepala dan menjawabnya dengan anggukan. Tanpa kusadari,
air mataku menetes dan Mbak Arma sudah memelukku dengan erat, "Shelma, kalau memang keputusanmu sudah mantap, berangkatlah. Apapun yang akan terjadi disana, Mbak yakin kamu bisa hadapi. Pengorbanan kalian sudah cukup besar untuk disia-siakan."
"Iya Mbak," jawabku sesegukan, sebelum akhirnya Mbak Arma melepaskan pelukan dan melepasku pergi, meninggalkannya yang menatapku penuh keharuan.

Itu bukan kali pertama Mbak Arma melepasku pergi dengan tujuan yang sama. Bulan Puasa satu setengah tahun yang lalu, tahun 2002, Aku telah berpamitan dengannya ditempat yang sama karena hanya Mbak Arma yang mengetahui keberangkatanku. Namun ketika itu, tak ada kekuatan yang mampu menguatkan hatiku untuk menghadapinya. Bahkan untuk menatapnya takkala ia menjemputku di bandara Ngurah Rai, aku hanya berani menatapnya dari kejauhan, seorang lelaki yang telah menawan hatiku, dan membuatku tak mampu berpaling darinya. Seorang lelaki kurus dan cukup tinggi dengan rambut yang awut-awutan berbaju kemeja kotak-kotak. Persis seperti yang ia sampaikan ketika pagi sebelumnya aku sampaikan aku ingin bersamanya di Bali.

Di bandara Ngurah Rai itu, aku hanya menatapnya dari kejauhan. Lama, cukup lama sampai aku lihat ia gelisah dan meninggalkan bandara setelah aku tidak muncul dalam beberapa jam penantiannya. Sungguh aku tidak kuat untuk menjumpainya, dan segera setelah ia pergi, aku pun mencari tikel lain untuk penerbangan selanjutnya, kembali ke Jogja. Mengenalnya, adalah anugerah terindah dalam hidupku dan sekaligus awal cerita pilu dalam hidup kami. Bukan salahnya, melainkan aku yang dengan kebodohanku berkeras mengabaikan semua nasehat agar aku tidak menerima pinangan Aryo, yang bukan duda tak pula beristri namun beranak satu. Entah kabut darimana yang menyelimuti kepalaku ketika itu, hingga mataku, hanya menatap hanya satu sosok Mahadewi, putri si Aryo. Seorang anak kecil, yang ketika aku menatapnya,
yang tampak adalah masa kecilku. Aku ingin menyelamatkannya, aku ingin mendidiknya, itu saja. Aku mengenal Mahadewi ketika beberapa kali Aryo berkunjung ke rumah kami di Jogja sebelumnya, dan terlihat anak ini tak terurus. Selain itu, yang mengkhawatirkan, ia diasuh neneknya yang jauh dari lingkungan yg Islami. Aku khawatir akan masa depan anak ini. Karenanya, tak kuhiraukan peringatan kiri kanan, bahwa aku belum mengenal si Aryo secara mendalam, dan suara tajam Mbak Arma ketika itu, "Jika ada seribu Mahadewi, apakah kamu akan menikahi seribu bapaknya?"

Aku memang bodoh, namun jangan salahkan aku. Tatapan polos Mahadewi sungguh membiusku. Seperti cermin bagiku yang memperlihatkan bagaimana diriku dulu. Siapa Bunda yang melahirkanku, siapa Ayah yang karenanya aku hadir di Bumi ini, aku tak pernah mengenalnya. Hanya satu kotak perhiasan yang mereka tinggalkan untukku. Aku hanya tahu keluarga Arma, yang sejak aku masih dalam bungkusan gurita, yang mengasuhku. Mengenalkan aku pada ajaran Islam dan menjadikanku seperti saat itu, seorang gadis dewasa dan mengerti akan bagaimana hadirku disini. Ayah hanya pernah bercerita, bahwa ayah kandungku adalah seorang dari aceh, dan ibu dari sunda. Karena beberapa masalah yang tak dapat mereka atasi, mereka menitipkanku pada keluarga Arma. Karenanya, bagiku, menerima pinangan itu adalah sebuah pilihan untuk membalas kebaikan keluarga Arma. Tak kuasa aku menolak, ketika Ayah menyampaikan padaku bahwa beliau telah menerima pinangan dari kawan baiknya terhadapku, untuk anaknya: Aryo. Pertimbangan lain, tentu saja Mahadewi, bidadari kecil itu. Dan karena itu pula, aku rela mengorbankan jiwaku, yang saat itu tengah mulai merasakan kedalaman makna cinta bersama seorang lelaki pemilik jiwaku itu. Ale, singkat saja namanya. Ayah, kelak aku memanggilnya setelah ia memanggilku Mam.

Ale, bagiku bukan lelaki biasa. Perkenalan kami yang serba kebetulan dan kemudian dirangkai berbagai kebetulan lain membuat jiwa kami menyatu, menyublim dalam cerita cinta tiada akhir. Never ending lovebird, katanya kelak. Sebuah kebetulan yang mengantarkan perkenalan kami adalah ketika itu di irc, di sebuah channel yang cukup besar di Austnet yang memiliki sebuah website yang luar biasa interaktif. Aku marah besar ketika kutahu fotoku di upload oleh seseorang lain yang aku tak tau siapa dia.
Dugaanku, pastilah salah seorang kawanku yang kepadanya aku pernah kirim satu file fotoku, dan yang membuatku cukup sewot adalah tanpa seijinku, foto itu dipublikasikan. Eh, sebentar. Melalui irc? yeap. Perkenalan kami lewat irc, lewat chatting. Ga jauh beda dengan banyak pasangan lain di era gen-Net ini. Selanjutnya, aku berfikir keras bagaimana menghapus file foto itu. Sempat aku berusaha menguhubungi salah seorang adminnya, namun hanya dijawab dengan cengengesan, sampai satu sore, Ale yang menyapaku. Kalimat sapaannya singkat. "Shelma halaman tujuh?"

Aku cukup terkejut dan bertanya-tanya, namun segera aku tersadar dengan maksudnya halaman tujuh. Bahwa fotoku ada di halaman tujuh gallery members website itu, dan Ale ini adalah salah seorang adminnya. Segera aku manfaatkan situasi ini, untuk memintanya menghapus foto itu, namun ia punya penawaran lain,

"Bagaimana kalau di hidden aja, jadi hanya admin yang bisa lihat?"

Tanpa berfikir panjang, aku segera menyetujui tawarannya, karena bagiku yang terpenting foto itu tak terpublikasikan dan dikomentari macam-macam oleh pengunjung website, karena memang dalam website itu setiap foto yang ada dapat dikomentari, kecuali beberapa foto yang di setting untuk tidak dapat dikomentari. Beberapa saat kemudian, aku periksa kembali website itu, dan fotoku sudah tidak lagi ada disana. Seneng banget rasanya. Setelah mengucapkan terimakasih secukupnya, aku keluar dari irc.

Setelah tau fotoku tak lagi tampak disana dan menyampaikan rasa terimakasihku ke Ale, ada perasaan lega, namun kurasa ada yang kurang. Cukupkah itu hanya dengan ucapan terimakasih? Kurasa tidak, dan ketika aku kembali Online sore harinya, Ale kudapati juga sedang Online. Segera kusapa dia, dan setelah berbasa basi secukupnya,
aku tanyakan padanya apa yang kira-kira bisa kuberikan untuknya sebagai balas budi atas jasa baiknya itu. Dengan nada terkejut dan balik bertanya ia bertanya padaku,

"Lho, itu kan dah kerjaan gua. Dan emangnya, apa menurut kamu semua perbuatan baik harus ada balasannya gitu?"

Aku terhenyak dan sungguh diluar perkiraanku sebelumnya, yang mungkin saja ia mau dikirimi kenang-kenangan dari Jogja, dan setelah memperkuat argumentasi bahwa aku ingin memberi balasan yang pantas, ia menyerah dan mengajukan sebuah permintaan untukku.
"OK dee. Gini aja. Kamu baca dan kasih komentar semua tulisan gue di web. Ok?"

Cukup sederhana permintaannya. Aku hanya diminta membaca, lalu berkomentar atas tulisan-tulisannya. Ngga susah kupikir dan setelah berbasa basi, aku pamit padanya karena harus mempersiapkan pakaian kerja untuk kukenakan keesokan harinya, setelah tentu saja meninggalkan janji akan membaca tulisannya kemudian. Itu adalah kali kedua kami berkomunikasi. Senelumnya, walau sering aku melihat nicknamenya, tak pernah sekalipun aku menyapanya, begitu pula ia, sama sekali tak pernah menyapaku, walau biasanya ketika aku online, selalu saja banyak nama menyerbu masuk untuk menyapaku. Tapi aku cukup tau pula kenapa ia tak pernah menyapaku, karena ia pun terlihat jarang bicara di channel kecuali kepada beberapa orang yang tampaknya sudah begitu dekat dengannya. Dan entah kenapa, sejak saat itu ada naluri untuk menyelidik dengan siapa ia bicara dan yang terpenting bagaimana anak ini? Duh. Terlalu klise memang, ketika perasaan-perasaan aneh muncul hati selalu bertanya-tanya bagaimana, siapa dan mengapa. Wajar dan manusiawi kukira. Dari sedikit tanya sana sini, kemudian kutahu tentang Ale ini, yang sedang dekat dengan seseorang lain, Haniya. Pengetahuanku yang terakhir ini kemudian jadi basi, karena kelak kutahu, hubungan mereka telah lama berakhir. Hanya memang, mereka tetap dekat satu sama lain, walau jarak mereka berbeda delapan jam.

Malam selanjutnya, aku secara khusus online hanya untuk memenuhi janjiku pada Ale. Beberapa jam dalam malam itu, kuhabiskan untuk membaca satu-demi satu artikel yang ditulisnya. Satu yang paling awal kubaca, adalah sebuah artikel yang cukup panjang untuk ukuran web itu, yang ternyata mendapat rating tertinggi dari segi jumlah pembaca dan yang berkomentar. Judulnya singkat, "Fragmen kehidupan si Tole Terboyo: Kenangan diantara manusia manusia". Membaca artikel itu, aku terhenti cukup lama. Ah, ini bukan cerita biasa. "Ini cerita tentang hidupnya,"batinku. Dan lagi, gaya bahasanya mengingatkanku pada seseorang yang pernah aku kenal jauh sebelum ini. Setelah selesai membacanya, aku menulis komentarku. Tak langsung kutulis di website itu, karena dari pengalamanku, terkadang tiba-tiba disconnect dan hilang semua tulisanku, karenanya aku menulisnya di notepad. Ketika komentar ini selesai, kusadari ini terlalu panjang jika di paste kedalam website. Karenanya kuputuskan untuk mengirimkannya lewat email, langsung kepada empunya. Tapi, dimana emailnya? Ah, aku harus mencari tahu, dan segera aku online ke irc, yang lagi-lagi kebetulan menjumpainya. Dengan berseri-seri aku sampaikan padanya, kalau sudah baca namun belum aku kirim komentarnya karena ga tau dimana emailnya.
Segera setelah aku dapatkan emailnya, aku berpamitan kepadanya, karena malam telah semakin larut. Setelah itu, semua komentarku aku kirim ke alamat emailnya itu. Aku masih ingat, bagaimana aku berkomentar dulu.
Begini bunyi komentarku itu:

Hi Ale
hmm..sebelumnya aku mo bilang ttg Ale dulu..
dari tulisan2 kamu nih, tiba2 aku jadi inget dg ssorg waktu kuliah
dulu..waktu kita sama2 jatuh bangun ngelola sebuah bppm kampus
yg ngak jelas kapan terbitnya gara2 masalah klasik..masalah dana
buat naik cetak :p..wktu itu kita harus cari duitsendiri..ngalor-ngidul
cari sponsorship :p...saat itu kebetulan dia jadi pemred and Shelma
jd sekum..tiap hari kita mesti nongkrong di mabes B21 gitu biasa
orang sebut -krn tempatnya di Bulaksumur blok 21- disitu anak2
balairung biasa mangkal..
kadang habis kul, ato bolos kul kalo lg bt..bahkan sering dr rumah
kadang tujuanku cuma ke B21..sekedar ngliat coretan anak2 hari
itu..yah..kita emang punya semacam buku harian..disitu apa aja
boleh ditulis..mau cerita, apa aja deh..soal dosen,soal gebetan..mau
misuh juga boleh..hmm..dari buku yg udah ngak pantes disebut
buku sebenernya -karena udah kumel- aku bisa tau kabar si A si
B..n siap2 kalo ada tanda2 kali2 aja ada yang gebet
Shelma...wakakaka..
Temen aku yg mirip kamu itu..juga ngak pernah absen menulis di
situ....kadang cerita,puisi..ato apalah kadang hanya serangkaian
huruf2 yg ngak bisa diidentifikasi kan bentuknya..
abis baca tulisan Ale itu..ingatanku langsung melayang pada
temenku itu..dan dari situlah aku seolah olah telah mengenal Ale
bertahun2.. ceilee..
hmm back to topic deh..soal Terboyo yak..btw mo nanya
dulu..apakah Tole itu = Ale? huehuehee..canda ah..
apa yah komentar Shelma..sebetulnya aku koment ini jg krn dipaksa
Ale..krn aku utang sesuatu ama dia ^_^ ..ngak deng..mungkin itu
cuma sebuah jalan aja ya..buat mengenal kamu..dan mengenal
Shelma tentu saja :)
hmm Terboyo : Kenangan diantara manusia manusia
kalo dr keseluruhan titik awalnya Ale keknya mo menyampaikan
ama seorang ehm nya ttg apa tuh perubahan..perubahan adl hal yg
biasa..ngak perlu ada yg ditakutkan..dan untuk lebih meyakinkan
ehm nya itu, Ale flashback & mengangkat setting cerita dari
sebuah terminal terboyo -yg notabene kumuh,bau,banyak
preman,copet,org miskin-..mungkin sebuah dunia yg jauh berbeda
dg dunia yg dimiliki oleh ehm nya..but justru Ale berharap dari situ
lah ehmnya plus org2 yg membaca -yg notabene rata2 jg punya
dunia yg asing dg dunia 'terminal terboyo- bisa membuka mata dan
hatinya -contohnya tuh liat komenntar nya si Ammy :p-
iya ngak Ale?? waks..itu strategi bagus..kata dosen filsafat Shelma
dulu, kalo kamu mo pengaruhi pikiran orang..bawa dia ke dlm
suasana yg menarik,yg mungkin asing bagi dia..yg belum pernah dia
alami sebelumnya..gitu..
hehe..sok tau ngak sih gue... tauk deh..terlepas dari 7 an Ale mo
pengaruhi pikiran sapa? wallahu 'alam deh
waktu sampai pada ..."Sebulan setelahnya, si kasir tak lagi
disana...ia merintis tuk bisa melanjutkan
jenjang pendidikannnya,..tuk mencari diri yang lebih mendalam di
situasi yang berbeda..
tak lagi diingatnya si gadis yang mirip yuni shara itu, walo dia
sempat mencari dan
ternyata ia seorang marketing ristra House...pantes aja cantik :)
waks..aku ngak siap kalo ntar ending nya si Tole menjelma mjd
pengusaha kaya..yah bukannya ngak mungkin tapi lebih baik ngak
usah diceritakan sampai ke sana..aku lega ngak ada ending spt
itu..krn kesannya ntar cerita kamu jadi kek dongeng.. :p ato kek
cerita sinetron indonesia yg ceritanya bener2 'mprihatinkan'
semua...ngak usah dibahas yak..krn toh ngak gitu..
hm gitu deh yah..menurut Shelma cerita kamu itu sarat dg pesan
moral..ttg perubahan ..yg dialami oleh setiap orang..sesederhana
apa pun itu..perubahan itu terus berlangsung dan bergulir dari
detik demi detik..krn tidak ada yg abadi selain dari perubahan itu
sendiri...gitu kata orang2 pinter yak..kalo kita ngak
berubah..mending matik aja kali ..
trus kalo menrt aku penokohan tole masih kabur..pdhl dia lah titik
sentral nya kan? mungkin karena pada awalnya terlalu banyak
karakter manusia di sana..ada papi,mami,melati,pak No si yuni
shara..baru ketahuan kalo lakonnya tole saat akhir cerita, yaitu pada
saat toleber kawan dg operator telpon kampus..blablabla (disini
klimaks langsung antiklimaks nih? :) )..hmm tokoh mbak Herny kalo
ngak salah ..
but yg paling aku acungi jempol (kaki :p) kemampuan kamu
mdiskripsikan serentetan karakter satu persatu..waks..soft
banget..ngalir gitu aja ngak terkesan melompat2 &
ngakdipaksakan..bagus tuh..Shelma tau utk bisa nulis runtut kek gitu
butuh jam terbang tinggi..iya Ale? seep deh :)~ eh,..gitu dulu
komentar Shelma
teruslah menulis! (words speak louder than action..kata orang
sehhh) bye..cu

Begitulah komentarku ketika itu. Dan semenjak itu, aku merasa hubungan kami semakin dekat. Ga tau sapa yang memulai, perbincangan semakin dalam tentang masa lalu, masa lalu kami yang bukan kebetulan sesama pegiat pers kampus, dan beberapa kebiasaan dan hobby yang kami sukai. Beberapa kebetulan kembali terjadi,
tentang perasaan diantara kami, sampai kemudian ia menceritakan tentang beberapa rencana yang akan dijalaninya di Bali sana, yakni bersama kawannya menerbitkan sebuah Tabloid. Aku turut senang membacanya, namun terkejut karena tiba-tiba ia menyeretku kedalam perasaannya, memintaku menjadi pendamping hatinya. Walau perasaan sayang itu mulai tumbuh dihatiku, namun sungguh aku tidak siap secepat itu.

Ia suka memulai dengan kalimat yang tak terduga, Malam itu malam panjang bagi kami,

"hey shelma....kok aku jadi mikirin kamu ya..kadang yang kucari namamu.."
"waks..carinya dimana? di terminal terboyo nga ada atuh "
"di channel non.."
"hihi..."
"elo..? kadang nyari gue ga?"
"ini tadi iya. "
"oya..? heran aku juga..knapa juga nyari nyari kamu..kepikiran lagii sampe bongkar bongkar tumpukan majalah buat cek balairung."
"we have smthing in common kali. Balairung itu masa lalu Shelma "
"majalah kampus juga masa lalu gue. But the point is..i thinking bout u shelma dah punya pacar pa blom?"
"pacar?"
"iya.."
"kan udh cerita kmrn kalo Shelma lg solo karir"
"ga minat nyari?"
"ntar dulu ah maseh menata hati nee"
"klo minat bilang yaaaaaaa.. mmm.. ngga tau ne ketemu elo jadi ganjen"
"Ale ngak cari pacar lagi? kan di bali banyak tu ce2 cakep berbagai ras "
"itu dee pengen nyari yang mencari..klo ga sama sama nyari..ga matching kan"
"hmm masa gitu?"
"iya makanya nyari donkk ntar kan sama-sama nyari dee"
"sama2 nyari? ntar rebutan dunk. pake lomba ngak?"
"uhmmm..karena saling nyari yang dicari jenisnya beda..knapa ngga di temuin..."
"ditemuin?, bisa diaturrr hehehe"
"so?"
"apanya...? kok lelet nih"
"aduh susah banget ngomongnya"
"hahaha"
"tau deh ni ghrogi deh.. tumben.."
"kok?"
"ga tau. klo tau aku dah bilang.."
"ayo cerita lah"
"ah pacaran yukkk?"
"waks"
"nah kan klluar juga..ehhehehe"
"emang gbt yg laen pada kemana"
"ga ada. mau mnau ?"
"maksudnya? "
"gimana?"
"emang Ale selalu bgini? kan baru kenal ini. canda ah"
"klo serius?"
"dah brp ce kamu ajak gini, masa baru kenalllllllll, alasannya dunk"
"ga ada alasannya..apa semua perlu alasan?"
"ngak juga. tapi minimal ada faktor pendorongnya lah. kenapa2 nya"
"uhmmmmmm karena aku mau.."
"apa kamu ngak binun tiba2 ada ce ajak kamu pacaran. mau apa?"
"mau ma kamu"
"walah..."
"klo ga bisa ya ga apa apa sante aja.."
"sante aja.?--nanti juga ada ce lain gitu?"
"ga mau maksain diri.. itu intinya klo emang mau ya mau..ga ya gak.."
"apa yg kamu cari dari saya?"
"pengen nyari istri "
"so?"
"klo serius..aku akan berfikir kedepan..jenjang yang lebih jauh...ga sekedar haha hihi"
"kenapa tiba-tiba Shelma?"
"knapa musti tiba tiba saling bicara...? ada banyak yang ga bisa kita jelaskan.."
"ngak harus dijelaskan"
"so????????"
"tapi minimal kamu kasih saya pengertian"
"perlu waktu mikir yaa?"
"kamu kasih tau perasaan kamu lah"
"pengen kenal lebih jauh...dan kepikiran ttg kamu and...kepikiran kamu..and..mikirin kamu"
"apa itu cukup sbg pertimbangan kamu buat jadiin aku pacar kau?
"semua kan berproses..dan ini bisa jadi awal semuanya atau akhir semuanya..."
"jadi biarkan dulu berproses"
"uhmm begitu?"
"biarkan ulat jadi kepompong jadi kupu kupu nantinya. Uh ngak ada hubungannya nih"
"bagaimana klo kepompong itu kita tumbuhkan bersama..dan ...menemaninya tumbuh....dengan kebersamaan? agar ketika kepompong itu retak..."
"ulat jadi kepompong perlu sebuah poon perlu daun"
"dan kupu kupu yang indah itu..bisa terlahr dengan senyum.."
"hehe "
"mau ya..? apa jadiannya di darat?"
"hmm"
"gimana miss Shelma?"
"di darat ato di udara ngak masalah"
"so?"
"yah biarkan dulu ulat memakan daun2 dengan lahap"
"dah kenyang.."
"ha?"
"ya..........?"
"aha.."
"so?"
"jangan sekarang Le"
"knapa..?"
"bagi saya ngak gampang putuskan itu karena saya ngak pernah main2 yg begituan"
"tadi baca ngga..saya pengen serius..dan memikirkan kedepan..ga sekarang aja..sampe jenjang yang...kamu bisa baca sendiri diatas"
"iya saya juga makanya itu..aku ngak mau buru2"
"apa aku kapam kapam nanti kr yk aja ngobrol langsung..?"
"boleh..tapi ini sbnrnya ngak ada kaitannya langsung soal mo ketemu di chat ato kopi darat cuma masalah teknis aja kan "
"agar ada keyakinan...ada perkuatan..ada kekuatan...yang..smuanya bisa disatukan..klo di terima..."
"kalo ada prosentasenya kecil ngak begitu ngaruh"
"aku akan ngurangi ol..pengen kerja serius..sambil beresin TA...and..kontak ma kamu enakan lewat telepon.."
"kok sampe gitu?"
"iya..."
"biar yakin aku serius.."
"jadi tambah binun Shelma nee"
"begini..jika kamu menerima..aku kan mengurangi semua aktifitas yang lain..di web.."
"lah jangan atuh"
"Shelma...kasarnya...aku ngelamar kamu neeeeeee *serius*"
"kenapa bisa begituuu?"
"ga bisa jawab..."
"binun"
"duh..aku juga bingung..kepikiran..memikirkan.,.dan...berperasaaan begini...but.jika memang ini titik balik yang saya cari itu..saya akan serius..gimana non Shelma..? would u be a part of my soul?
"binun Shelma"
"Shelma.."
"tapi"
"tapi apa?"
"saya kayaknya bener2 udah kenal kamu sebelumnya terlepas kamu mirip ato ngak sama temen ku yg aku ceritakan tadi"
"mungkin..saya..masa lalu kamu yang terlewatkan.."
"hehe..maybe "
"ok deh...aku ga mau maksa..klo memang malam ini tidak..lain kali aku tidak akan melontarkan ini..biarkan ia hilang bersama angin..."
"hmm napa?"
"ga tau..perasaanku malam ini waktunya..lain kali...ga bukan kali ini,.."
"hmm..kamu jg lom yakin dg perasaan kamu sendiri"
"bukannya blom yakin..keyakinanku...malam ini ada sesuatu yang menghidupkan sebagian jiwaku yang hilang,,so jika saya yakin..saya jalani.."
"tapi kamu jg harus liat dari sisi saya dong jgn cuma perasan kamu jangan cuma keyakinan kamu
terus terang saya ngak bisa jadi pacar kamu malem ini
kalo itu yg kamu inginkan malem ini dan tidak ada lagi tawaran u malem lain ok deh aku ngak bisa apa"

Sampai disitu, aku bingung dengan situasi yang terjadi. Benar perasaan sayang itu sudah muncul, namun tetap saja semua begitu mengejutkan.
Walau begitu, tak urung keesokannya ketika aku membuka email, kudapati sebuah email darinya.
Ah, paling-paling kalimat perpisahannya dan aku ingin menulis email padanya untuk kali terakhir,

Hi Le...
setelah pembicaraan kita tadi malam..setelah saya
off..memang ada perasaan ngak enak dalam hati
saya..pahit dan sedikit getir..layaknya makan duku dan tak sengaja
mengunyah bijinya.. :(

tadi malam itu..saya betul2 ngak siap menerima
semua yg kamu tawarkan kepada saya..
menjadi bagian dari impian kamu..dan rencana2
kamu..
saya mengerti keinginan kamu..dan apa yg sedang
terjadi saat ini pada diri kamu..
pekerjaan baru kamu, dimana disana ada jiwa dan
masa lalu kamu..
pertemuan kita..dan masa lalu saya sekaligus masa
lalu kamu..
tapi bukan berarti semuanya bisa disatukan dalam
satu malam..pada satu saat yang sama..
tadi malam saya berusaha menjelaskan itu..
tapi saya tidak berhasil..dan kamu katakan tidak
akan ada lagi kesempatan kedua..

Tadi malam hanya ada 'titik balik"....hanya ada
keyakinan kamu..hanya ada kemantapan kamu..
lalu dimana kamu mau meletakkan perasaan
saya?..hidup saya?...ah apakah terlalu berlebihan
kalo saya b'harap kamu mempedulikan hal2 itu..
kalo toh tadi malam saya menerima kamu..berarti
saya tidak adil pada diri saya..

saya paksakan semuanya secara instan..dan itu
bukanlah diri saya...walaupun entah darimana
datangnya bbrp hari ini kamu tiba2 ada di dalam
pikiran saya..ingatan ttg masa lalu saya..
tetapi dengan tidak menerima kamu tadi malam..itu
juga berarti saya mengingkari sekeping hati
saya...dan itu sangat menyakitkan krn saya merasa
akan segera kehilangan kedekatan
denganmu..justru pada saat akan
memulainya..dengan penuh semangat dan
kerinduan..

..dan kamu katakan stlh malam ini..setelah saya tidak
menerima kamu malam ini... jikalau kita masih
berkomunikasi, maka yg ada hanya lah dua orang
yang saling mengetik, tidak ada jiwa dan perasaan
disana? haha..mana bisa saya berada dalam situasi
seperti itu? lebih baik saya tidurr..

tadi pagi..seusai subuh..ngak tau kenapa saya
sebutkan nama kamu dalam doa saya..baru pertama
kali saya lakukan itu.. pembicaraan kita semalam,
kembali terngiang2 di pikiran saya..pada saat saya
memakai blazer, saat saya berdandan dan
berkaca..pada saat saya memulaskan lipstik di bibir
saya tadi pagi..semuanya saya lakukan perlahan
lahan.. tak seperti biasanya..

dan saya mulai berpikir untuk meninggalkan
semuanya..setelah apa yang terjadi..saya akan
tinggalkan kamu, Edu, Pantomim, Swordfish,
Lando_Jr, Dennis19, Mayang_007, baby^angel, tutik,
Marun, Gujet, Ikez,..semuanya...bahkan saya
juga ngak akan peduli lagi pic saya mau di up load
dimana dan oleh siapa..

yang jelas saya berterimakasih pada semuanya..dan
bersyukur...atas warna warna yang selalu ada di hati
saya setiap saya bertemu mereka..setidaknya
selama 3 bulan terakhir ini..
oke deh Ale Sayang, saya baru sekali ini memanggil mu
dengan nama ini,..saya juga minta maaf atas semua
yg pernah saya katakan, yang tak bisa saya
berikan,..dan mungkin atas semua hal yang ada di
hati saya..yang seluruhnya belum sempat saya
ungkapkan..saya minta maaf..
*pamit*
smoga tabloid kamu sukses yak..bulan depan shelma
jg udh mulai kuliah kalo malem :)
saya akan selalu rindu dengan mu, Le :)
bye
Shelma

Kusampaikan rencana kuliah malam, karena memang aku berencana untuk melanjutkan ke S2 MM di UGM. Semuanya baru rencana. Lalu, rasa penasaranku mendorongku membuka email darinya dan aku terkejut ketika membacanya,

shelma,..
aku,..Ale
minta maaf atas apa yang terjadi malam tadi...
saat ini..
ketika email ini kutulis,.
disini sudah menjelang jam 3 pagi...artinya,..
tadi aku sempet pulang,..dan...berfikir,..kembali berfikir...
merenungi apa yang tadi terjadi bersama kamu,..finally,..saya
putuskan pagi ini kembali online tuk menulis email ini
untukmu,..

bagaimana kabar kamu,..?
jam brapa baca ini..? pagi atau sepulang kerja..?
ah aku merasa bersalah atas kejadian itu,..yang jika saja
kamu baca ini seusai kerja,..tentu apa yang tyerjadi malam
tadi mempengaruhi emosi dan psikologismu,..yang mungkin
berakibat menurunnya etos kerjamu,..maafkan aku...

lalu apa ya yang bisa kusampaikan?
tiada lain,..permohonan maafku atas sikap egoisku,..yah,..
kusadari aku egois,..cenderung mau menang sendiri,..
tapi saya akan sellau siap untuk minta maaf dan mengoreksi
diri,..

memang,..
kita kenal belum begitu lama,..
bahkan teramat baru,..kamu tau itu..dan selain aku merasa
sayang ma kamu...setelah sedikit mengenalmu,..
yah kusadari memang sedikit,..tapi seperti juga yang kamu
bilang...ada bagian dari jiwa saya yang kembali setelah
menyimak sedikitnya masa lalu mu...
ada kerinduan dan ada semangat,.

satu hal yang membuat aku berfikir,..begitu banyak kebetulan
yang mengiringi..kita...
persamaan orang pers...yang menjadi masa lalu,..yang menjadi
jiwaku..yah..pers..jurnalistik,.kata temenku, adalah
jiwaku,..sampe berkali kali aku diminta kembali dan aku
kembali...bersamaan ketika mengenalmu...dan tau ga,..
malam tadi...ketika aku pulang ke kost,.
komputerku desktopnya diganti ma temenku,.dengan fotomu...
lengkap sudah rangkaian kebetulan itu....

shelma,..
pada akhirnya,..
aku harus menulis,..
kita memang perlu waktu,.kamu tepatnya,..
kita sudah memiliki hati kita masing masing,...
ada tempat buatku dihatimu,.seperti katamu,.dan pasti ada
kerinduan dan impianku bersamamu,...
yah..kita perlu berproses,..disana kita kan tau,..kan
melihat,..pantaskah kita,.pantaskah aku bersamamu,..seseorang
yang baru kau kenal namanya ..,..
aku sayang kamu,..tanpa kusadari,..aku sayang kamu seperti
air yang mengalir,..datang diam diam dan menempati ruang
ruang kosong di dalam hati,...kuharap saling mengisi...masih
adakah ruang untukku setelah tadi malam...?
aku mulai merindukannmu,..sejak hari hari lalu sebenarnya..

me, Ale


Ah, sebuah pengakuan atau sebuah omong kosong besar? Walau ini di irc, dunia cyber, namun perasaanku sungguh lain.
Aku merasakan kejujuran, ketulusan pada kalimat-kalimatnya.
Beberaa hari setelah itu, enggan rasanya menyentuh lapie kesayanganku, enggan bersentuhan dengan realitas cyber. Tapi entah kenapa, semakin enggan aku
menyentuhnya, semakin kuat perasaan ini muncul, dan kala aku menyentuhnya kembali, membuka emailku, aku mendapati bejibun email dari Ale,

To: Shelma
Subject: Re: sibuk ya?
Date: Thu, 28 Mar 2002 13:21:02 -0500

hey hey..seandainya aku tahu bagaimana bisa menuliskan ini
dengan tetesan darah..ingin kugoreskan sepenggal kata yang
mungkin banyak orang mengatakannya usang, tapi bagiku
nyata....,"rindu"
kenapa dengan darah...
knapa yaa..
karena ia mengalir dalam sukma..tak pernah terasa kecuali
ketika engkau donor darah.,,...tapi ia menghidupimu...
ia menyatu dan ia hidup...
adakah kau rasakan itu?

sayang kamu,
Ale


Dan keesokannya, 29 maret 2002, melalui pergulatan yang tak kalah panjang, secara resmi kami ikrarkan kebersamaan hati. Bahagia sekali kala itu,
kala semua ganjalan dan isi hati mampu kuungkap. Begitu pula ia.

"ini perasaan shelma ya.."
"iya.."
"sebagian dari hati saya bilang ih shelma masa baru kenal? lom ketemu bener? lom tau..blabla and sebagian dari hati saya yang lain bilang hmm..hehe"
"and.."
"binun shelma"
"baca bismillah,.."
"sebagian dari hati saya juga selalu pengen deket sama kamu"
"jadi..?"
"dan yg terakhit itu yg bikin keputusan sekarang. u got what i mean?"
"write it please.."
"u know lah.."
"hari ini...Shelma dan Ale,..adalah satu pasang kekasih..?"
"yup"
"alhamdulillah.."

Kala itu, timestamp di lappie, menunjukkan jam 07:51:44 WIB. Ini sungguh luar biasa, biasanya pedekate ke aku lumayan susah, entah kenapa dengan Ale, total jenderal sempat kali chatting, kami bisa jadian, dan ia menjajikan akan datang ke Jogja awal bulan nanti.
Selanjutnya, aku merasakan sensasi perasaan yang luar biasa indahnya, walau diantara kami belum saling bertemu. Simulakrum cinta? Iya rasanya. Tak ada batas yang jelas, semua kabur antara imajinasi dan realita. Aku menjalani hari-hariku selanjutnya dengan senyum,
bahkan sampai Eva, kawan sekantor, menggodaku karena memperhatikan perubahan dalam diriku,..."waaa...Shelma jatuh cinta yaa....ceria banget..,"begitu komentarnya. Aku hanya tersenyum lebar dan tak mampu berkutik ketika ia menodongku untuk sebuah makan siang.

Keceriaan yang ada pada diri kami, saling kami sampaikan. Rasanya, tiada saat terlewatkan tanpa berfikir tentangnya. Rangkaian email saling berbalas. Semua indah.

jogja..april,8,2002

Le,
jam 12 teng nehh....waktunya makannnnnnnnnnnn..hueheue..aku barusan pesen lotek ma office boy..kamu tau lotek ngak? enak tuu..keik gado2, tapi bumbunya langsung dicampur gituh...uenak dee :p

hey say say
aku barusan baca file logs..isinyaa pembicaraan kita semalem..hueuhuehe lucuu juga dee..shelma baca sambil senyam senyum sendiri..
kok bisa yak..tau2 kita jadian..hehe..padahal ya Le, biasanya aku ma co itu..kenal deket duluu ntar baru jadian..pdkt nya susah loh kalo ma shelma..katanya gituuuu ..
tapi ma kamu? walah gampang banget yak :p ..napa yah..hmm apa karena banyak kebetulan2 yg mengiringi kita? tau dee..wallahu'alam..tapih..itu pengaruh banget loo..& mungkin eh pasti itu ada yg ngatur yak..tapi shelma sampe skrg juga ngak tau penjelasannya gimanaaa...
n krn keterbatasan ilmu kita...
kita cuma bisa bilang..ah kebetulan dee....gitcu say.. miss u

walahhh Shelma jatoh cinta..hueuehuehue..gitu kata si Eva temen shelma se kantor :p~ ..yey biarin dee..
hmm Le..cinta itu apa sehh?
Love is blind? hmm i think love is blend
campur aduk gituh..mungkin seperti gado2 ato seperti lotek? ia mencampur antara realita dengan imaji..batasnya ngak jelas..simulakrum gado2? simulakrum lotek? ah tau deeh,..yg jelas enak untuk dinikmati :)


cinta saya ma kamu..keik apa yak?
hmm mungkin gini versi gombal nya :p
saya (bersama kamu) seolah olah barusan menambatkan sauh pada sebuah dermaga atau pulau... dan mungkin, saat saya berada dalam kebersamaan bersama kamu..
saya kehilangan kebebasan melihat dunia luar..tapi saya menemukan dunia baru yang membuat saya ngak terlalu kecewa karena kebebasan saya melihat dunia luar sudah terampas..
karenaa buat apa kecewa? toh saya mendapatkan semua yang saya inginkan dari dunia baru saya..so? nuthin to loose..

sayyyyy
mari berangkat!!!
angkat dan lepaskan sauh..biarkan berlayar..menikmati desau angin..menikmati samudera ketidakterbatasan..
mari kita limpahkan cinta.. pada setiap perubahan riak dan gelombang arus samudra..
mari meng-ada dalam keberadaan segala yang ada.
Meski mungkin tak ada lagi dermaga yang bisa disinggahi. Meski mungkin kelaparan kita tanpa bekal yang memadai.
Alam akan menyusui kita.
do u believe that??

waaaaaa ampir jam 1 nehh..gtg..makan lotek dolooo..sholat duluuuuu..
*cup* ^_^


Memang benar kata orang, ketika kita saling bercinta, dunia serasa milik berdua yang lain ngontrak. Begitu pula yang kurasakan.
Sebuah pertemuan bukanlah sesuatu yang luar biasa bagi kami. Pemaknaan cinta lebih kami tekankan. Itu bukan berarti tak ada hasrat kami berjumpa,
sangat ngebet malah. Karena kengebetan yang sangat, Ale merencanakan berangkat pada awal april. Hatiku berbunga-bunga. Bayangkan, siapa se yang ga bahagia dan berbunga-buka ketika buah hatinya
datang menyapa kehadapan kita? Namun, ah, ini terlalu klise. Selalu ada kendala dalam sebuah cerita. Secara bersamaan, oleh kantor aku ditugaskan presentasi ke jakarta,
dan Ale pun harus menghadapi ujian dikampusnya. Rencana kami tunda. Jadilah harapan tinggal harapan, pertemuan yang kami impikan, dengan sendirinya harus mengalah demi masa.

Beberapa hari kemudian, aku mendapat kabar gembira, bahwa acara presentasiku ditunda seminggu kedepan. Perasaanku sangat riang, tapi tak lama. Segera kuingat, bahwa Ale masih harus ujian. Ah, sungguh
menyebalkan. Uh beginikah rasanya rindu? Kenapa ia menyiksaku. Selama masa ketidakpastian penantian kapan kami akan bertemu itu,
kami tetap berkomunikasi memperdalam pemaknaan satu-sama lain. Tentang cerita cinta, tentang makna hidup yang tergores, tentang hasrat dan impian. Bahkan ketika itu,
kami punya room tersendiri di austnet, #myshelma. Aha, itulah rumah kami, tempat kami bersama mencurahkan isi hati bercerita tentang mimpi-mimpi. Pernah satu ketika aku bermimpi buruk, yang kemudian kuceritakan padanya.
Aku merasa seolah-olah berada dalam sebuah penjara. Tak seorangpun bisa menyelamatkanku, tak juga Ale. Anehnya, semua tak jelas bagaimana aku bisa berada dalam penjara itu, siapa hakim yang mengadili, siapa pula jaksanya.
Kurasakan kegelisahan dalam diriku, kurasa juga pada Ale. Ia terdiam cukup lama daan aku tau ia sama sekali tidak lagg apalagi DC sampai akhirnya ia berkomentar bahwa itu hanyalah bunga tidur.
"Ga masalah sayang... itu hanya mimpi..." Kalimatnya menenangkanku.

Hari-hari terasa begitu panjang dalam seminggu setelahnya, karena selanjutnya aku harus ke jakarta. Komunikasi kami akan terputus, dan ah..Ale di bali pun tak bisa kemana-mana termasuk ke warnet. Apa pasal? Ketika aku di jakarta,
di Bali bersamaan dengan hari raya nyepi. Komunikasi kami terhenti total. Ale tidak punya HP, telepon kost nya pun tidak diangkat. Katanya, telepon kost ada di rumah ibu kost dan pada hari-hari tertentu mereka jarang dirumah karena banyak acara di Pura.
Ah! Penghalang, penghalang, penghalang. Selalu saja ada penghalang!

Disebuah hotel dijakarta, hatiku risau. Perasaan tidak menentu, seolah olah akan kehilangan sesuatu. Setelah presentasi tadi siang, tiba-tiba ada perasaan
gundah dihatiku. Ada apa ini? Dalam kegelisahan itu, ponselku berdering, kuperhatikan nomor rumah di Jogja. Ketika kuangkat, terdengar suara Ayah diseberang sana yang memintaku segera pulang,..
"Ayah minta shelma segera pulang...tadi keluarga Aryo datang meminta shelma, dan ayah sudah menerimanya...."

Ahhhhhhh! Bagai disambar petir rasanya. Inikah jawaban atas kegelisahanku sepanjang hari ini? Secepat ini kah? Tak habis aku mengerti, inikah takdirku itu? Semua tiba-tiba hadir didepanku,
tentang Ale yang kukenal lewat scan fotonya, si Aryo dan anaknya, Ayah dan keluarga dirumah, Ayah dan Ibu kandungku yang tak pernah kutahu dimana mereka, masih hidup ataukah tiada, semua mengepungku.
Ah! Aku ga tau, bagaimana ceritanya kemudian karena sesaat kemudian, kuambil gunting...dan satu-satu rambut panjangku terpenggal. Hidup ini rangkaian memilih dan dipilih, melihat dan dilihat, aku dalam posisi ini sekarang.
=================
note: cerita ini bersambung....
tambahan: ketika cerita ini selesai nantinya, itu artinya juga adalah saat teakhir gw nulis di net..... hahahhaha
tambahan lagi: cerita ini juga aku posting di forum kafegaul.com
=================

yang bersalah dari negeri dongeng...



Akhirnya, aku tulis juga kelanjutan --yang sebenarnya tidak perlu-- dari tulisan sebelumnya, cerita dari negeri dongeng. Kali ini, tulisan akan langsung pada sasaran, siapa yang bersalah?

Sebelum melangkah kesana, ada baiknya aku tegaskan beberapa hal menyangkut tulisan itu, bahwa nama-nama yang aku pake seperti adii, timuss, panca dan leak tanpa ada pretensi apapun terhadap mereka. Hanya karena hubungan satu sama lain diantara kami yang lebih dari kata sekadar, aku asumsikan mereka ngga keberatan namanya dipergunakan dalam tulisan itu. Salam hormat untuk Timuss dan Panca.

Terimakasih juga, aku sampaikan buat yang udah berkomentar, "hello br4ndy. Bagaimana kabarmu Non? sibuk dengan jadwal syuting?
salam buat momz".

Untuk mencari siapa yang salah, sebenarnya mudah karena yang menjadi moral dari cerita itu adalah hal-hal yang acapkali terjadi dalam keseharian kita, bahkan saat ini kita dihadapkan pada hal serupa pada skala dunia: Campur Tangan. Dengan sendirinya mudahlah ditebak, yang bersalah adalah sang empu, yang tiba-tiba dengan sok jagoannya mengirimkan kutukan ke putri panca hingga membuatnya menjadi kodok. Sementara tokoh-tokoh lain, mereka menjalankan perannya sesuai apa yang musti ia perani. Masing-masing berjalan menuruti takdirnya.

Pada level yang lebih sederhana, tak jarang pula kita entah itu secara langsung atau tidak, campur tangan ke urusan orang lain, entah itu teman atau orang lain yang tentunya pihak lain.

Terkadang, karena merasa lebih tau, merasa lebih berwenang, merasa lebih tua, merasa lebih berpengalaman dan segudang rasa lebih lainnya termasuk lebih setia kawan, campur tangan itu muncul. Mereka yang suka campurtangan, seolah menganggap dirinya sebagai pahlawan, walau menurut orang lain ia hadir kesiangan. Ibarat figuran,
ia muncul setelah klimaks film selesai dan menasbihkan diri sebagai pahlawan.

Sekarang, aku tarik ke pengalaman pribadi.

Pada saat-saat terakhir komunikasi aku dan monik, terdapat sebuah ganjalan psikologis yang cukup berat, yang pada saat terakhir itu pula kami berhasil mengatasi. Namun, apa daya semua yang kami harapkan tak sepenuhnya sesuai dengan harapan kami. Kenapa? pada saat-saat yang kritis itu, muncul seorang pahlawan
yang bukan lagi kesiangan, tapi kepanasan. Merasa tau banyak, merasa berhak, merasa setia kawan, ia mengambil sikap yang berbentuk satu kata yang mendengarnya saja terasa miris: teror.

Ya, ia menteror monik dengan sms-sms tanpa identitas --ICQ Lite? IM3?-- yang bertubi tubi dengan kalimat yang sungguh, siapapun dia yang membacanya mual.
Mencaci maki, mennghina, mendamprat dan merendahkan harga diri kemanusiaan. Sedih memang, menghadapi hal-hal kayak gini. Langkah-langkah yang sudah tinggal dijalankan, semua mati hanya karena seorang pahlawan kepanasan. Kendala psikologis yang sudah dengan susah payak itu kami atasi, kembali menghadang. Hingga kini.

Dear Monik, siapapun dia, tak lagi berguna untuk kita cari dan ketahui. Bahkan aku ga peduli siapa dia. Ya, seperti cerita yang lalu-lalu, ingatlah akan selalu ada onak dan duri yang mengganjal dalam perjalanan setiap insan. Terkadang ia merupakan ujian, cobaan, atau juga azab. Namun aku yakin, bukan yang terakhir itu yang terjadi karena itu berasal dari manusia lain yang pongkah.

Dan aku, semakin kangen sama kamu mon...

Denpasar, 08:49 PM 09-Apr-03


Bali,..beberapa titik dibalik embun...



Tulisan ini aku tulis untuk seorang teman, yang kepadanya aku pernah berjanji tuk menulis tentang sisi lain tentang bali. Lalu, mulai darimana?

Bagaimana jika dimulai dari hal-hal yang umum? Jika kepada kita ditanyakan tentang Kuta, Sanur, Nusa Dua dengan segala kegermelapannya, atau Ubud dengan citarasa seninya, atau tentang gemerlap lain dunia pariwisata, Jimbaran dengan kafe ikan bakarnya misalnya.

Pernahkah kamu berfikir bahwa yang ada di Bali tidak hanya itu? Ada lagi kah? Tentu saja. Banyak, sangat banyak. Tapi tentu saja tidak semua bisa aku tuliskan disini. Mungkin akan bersambung menjadi beberapa tulisan lanjutan.

Sekarang kita mulai. Siap? Aha...relax...

Pohsanten, Kenangan KKN



Nama desa ini Pohsanten, yang berarti Mangga yang harum. Terdapat beberapa versi asal mula nama pohsanten, antara lain pesatan yang berarti persinggahan dari ladang kemudian Poh santen, mangga harum yang awal mulanya dulu ada sebuah pohon mangga yang harum menjadi tempat berteduh warga yang pulang dari ladang. Tapi terlepas dari apapun versi namanya, Pohsanten meninggalkan banyak kenangan di hatiku. Bahkan, satu kenangannya melekat dalam kulitku, sebuah tattoo kenang-kenangan dari kepala dusun Rangdu, salah satu dari empat dusun yang ada di Pohsanten.

Di desa itu, sebenarnya tak ada sesuatu yang luar biasa yang ada. Biasa-biasa aja, seperti kebanyakan desa lainnya, namun memberi sensasi yang berbeda tiap kali menginjakkan kaki di desa itu. Sensasi persaudaraan, pertemanan ada disana. Selama dua bulan dulu aku berbaur disana menyatu dalam keseharian masyarakatnya. Ketika kerja bakti, sekaadar ngobrol atau sesekali bersama-sama menggelar seminar. Seminar? Yeap Sekaa Minum Arak, perkumpulan minum arak.

Mengingat desa itu, ingat pula aku pada beberapa tradisi seni yang pernah kurasa ketika disana, walau bukan dari desa itu. Joged Bumbung, adalah sebuah seni tari yang lumayan erotik. Kalau di jawa, mungkin sejajar dengan tayub yang banyak beredar di jawa tengah. Joged bumbung dimainkan oleh satu sekaa yang terdiri dari penabuh gamelan bambu dan beberapa penari. Biasanya, penari-penari memulai dengan tarian yang sederhana, untuk perlahan-lahan meningkat ke yang lebih rancak. Ketika suasana mulai menghangat, satu persatu penonton yang awalnya hanya menonton menikmati tarian, satu satu terjun ke kalangan turut menari. Terkadang, tariannya aneh-aneh bahkan menjurus erotis. Setelah dua atau lima menit, mereka menyisih sambil menyelipkan beberapa lembar ribuan ke tangan penari. Penari-penari terus berlanjut, dan selang-seling berganti dengan penari lain. Seperti juga hiburan tradisional lainnya, dalam joged bumbung ini juga melahirkan idola-idola lokal tersendiri. Jika seorang penari idola muncul, tak jarang banyak penonton yang berebut untuk menari bersama, dan dengan begitu tak jarang pula cekcok dan pertengkaran terjadi. Begitulah adanya.

Turut teringat pula, tradisi lain yang ada di bali ini tak hanya di desa pohsanten. Judi Bola adil. Perjudian yang mungkin dimulai dengan kecil-kecilan, seringkali merupakan pertaruhan yang besar. Bola adil ini sangat diminati banyak orang karena hadiah yang ditawarkannya sangat menggiurkan. Bagaimana permainannya? Anggap saja anda seorang bandar, anda punya selembar papan yang terdapat cekungan tipis bergambar yang simetris dan selembar papan yang berisi gambar-gambar tertentu. Bola yang bulat, anda putar dalam papan pertama yang berisi cekungan tadi dan para petaruh memasang taruhannya pada papan satunya yang berisi gambar-gambar yang sama dengan yang ada dipapan satunya. Dimana bola berhenti,disitulah letak pemenangnya. Jika anda bukan bandar dan anda seorang petaruh, maka ketika gambar yang anda pasang tadi sama dengan gambar tempat berhentinya bola, maka bersoraklah anda karena limaratus rupiah yang anda pertaruhkan akan berubah menjadi limaribu rupiah. Menggiurkan bukan?

Tradisi lain yang berbau perjudian adalah Tajen. Tradisi ini mungkin sudah sering anda dengar, yakni tentang sambung ayam. Tajen biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu mengiringi sebuah upacara agama dan tradisi, namun tak jarang ia menjadi arena perjudian total. Tertarik terlibat didalamnya? Jika anda ingin turun kedalam arena,
minimal anda harus punya seekor ayam jago yang bernyali dan dipasang pisau tajam pengganti tajinya dan siap diadu dengan lawannya. Jika tidak memilikinya namun tertantang untuk bertaruh? cukup puaslah anda dengan mendukung satu diantara dua ekor ayam yang terlibat. Pertaruhan bisa segera dimulai setelah itu.

Ya. Banyak tradisi. Namun, ada satu nama yang tak bisa dan takkan pernah bisa aku lupakan dari pohsanten. Putu Raetaq, kepala dusun rangdu.
Sosok satu ini terhitung luar biasa. Masih muda dan sudah menjabat sebagai kepala dusun. Mantan jawara desa, namun lembut hatinya. Tak memandang kita berasal darimana, selama pertemanan dan persaudaraan menjadi baju kita bersamanya, maka ia adalah sosok yang sangat berarti.

Gumung : Buangan yang bergeliat..



Buangan? Ya begitulah. Dusun gumung adalah dusun buangan dari desa induknya, Desa Tenganan. Kenapa terbuang? banyak alasan untuk itu. Karena melanggar awig-awig adat, atau karena hal-hal lain. Desa ini terletak di balik pegunungan di daerah Karangasem. Interaksi dengan desa ini aku tak begitu lama, hanya seminggu so ga terlalu bisa memberikan informasi yang mendetail. Beberapa hal yang aku ingat adalah, bahwa mereka ingin bangkit menghapus imaji tentang orang-orang buangan yang tertinggal --ditinggal?-- dibandingkan desa-desa sekitarnya. Mereka berusaha bangkit dengan membangkitkan jatidirinya melalui simbol-simbol kemajuan fisik.

Kurun masa berinteraksi disana adalah ketika aku terlibat dalam Kepanitiaan Kemah Ilmiah Mahasiswa Ft Univ Udayana --SC boo--, yang melakukan pengabdian masyarakat di dusun itu. Mereka tak menginginkan banyak, hanya satu hal: jembatan untuk membuka diri mereka dari isolasi. Begitu parahkan isolasinya? Yeap. Sisi Utara, untuk menghubungkan mereka ke desa induk Tenganan, mereka musti naik turun bukit menapaki jalan setapak yang berliku, sedang di sisi barat, mereka terhadang sebuah sungai tanpa jembatan yang seringkali banjir yang tentu saja menghambat langkah mereka untuk memasarkan sumber alamnya. Beberapa produk dari dusun ini adalah ate, yakni semacam kerajinan tangan dari batang ate yang dibentuk menjadi berbagai pernik accessories yang cukup mahal harganya disamping produk alam
yang menjadi favoritku, Tuak. Hahahhaa, ya... tuak Gumung adalah yang paling enak se Bali. Manis dan keras. Sensasinya luar biasa. Biasanya, mereka memasarkan produkknya itu ke desa sebelah di Bungaya atau Sidemen, yang selanjutnya dikumpulkan oleh para pengepul untuk diolah menjadi berbagai produk lainnya, misalnya arak dan gula aren.

pernah aku bersama edmun kembali kesana, dan mendapati hal yang tak jauh berbeda. Masih terisolasi dan sendiri. Jembatan yang mereka minta tentu saja tak dapat kami penuhi karena apalah yang mahasiswa punya? Hanya proposal yang bisa kami ajukan untuk membantu sementara pemerintah daerahnya tak sepenuhnya berniat mengabulkannya. Mereka hanya dibutuhkan ketika pemilu, untuk diambil suaranya, dan setelahnya terabaikan. setali tiga uang dengan desa-desa dipelosok lainnya. tetap berpeluh mencari jati dirinya.

Subaya: Tarian perang yang kosong



Desa subaya, terletak di daerah kintamani. Nasibnya tak jauh berbeda dengan desa-desa tertinggal lain yang ada di bumi pertiwi ini. Kurangnya sarana pendidikan membuat desa itu terlihat kuper ditengah gemuruh arus informasi yang menjejalinya. Di desa itu, televisi sudah masuk, listrik sudah ada. namun karena tingkat pendidikan yang jauh dari memadai, smua itu membuat mereka terlihat sangat wagu menyerap semua itu. Berbahasa indonesia secara kaku, itu sudah terlihat keren disana.

Aku sempat beberapa hari berada di desa itu. Bukan kebetulan, pada saat yang bersamaan sedang dilangsungkan sebuah Upacara Agama di Pura Desa, yang setiap warga desa wajib menghadirinya. Karena kedekatan sobatku yang ada disana, mas Ipung, kami diijinkan melihat upacara itu dari dekat, namun bagi kami sudah cukup jikalau hanya bisa menonton beberapa tarian dalam pura itu.
Tarian perang adalah salah satu diantara beberapa tarian yang di persembahkan dalam upacara itu. Terdiri dari beberapa kelompok, lelaki dan perempuan terpisah. Dari gerakan dan iramanya, taukah apa yang kulihat?

Ah, ada jiwa nakal, ada jiwa berontak, ada nada protes, ada semangat....smua ditampakkan dalam tarian itu...tarian perang..persembahan untuk sang hyang widi wasa......




Monday, April 07, 2003

Pitutur Tiyang Wicaksana


.........kalepataning manusa ing ngarsanipun Gusti Allah

kita padha nglambrang kaya wedhus, dhewe-dhewe kang kita ener
Yehuwah wus ngawasake saka ing swarga marang para anaking manusa, apa ana kang mawa budi, kang ngupaya Allah
Wus padha nasar kabeh, sagolongane wus dadi banger, ora ana kang gawe becik, sijia bae ora ana.
iya kaya kang wus katulisan, wiraose: Ora ana wong kang bener, siji bae ora ana....
lan dalaning tentrem rahayu ora disumurupi; padha ora duwe wedi asih marang Gusti Allah.
Marga kabeh wong wis padha gawe dosa sarta koncatan ing kamulyaning Allah.
Nanging sabdanipun Gusti Allah wus nggolongake samubarang kabeh marang pamengkuning dosa.

Thursday, April 03, 2003

........offline::



pindahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
bye waturenggong IV dimana kegelisahan pernah bertahta dihatiku.....dan ga tau ne, kapan bisa onlen lage.... cyaaaaaa and maybe akan ada beberapa kejutan after this...






Wednesday, April 02, 2003

Akhirnya...

Pada akhirnya.... perjalanan kita telah sampai di batas... ketika tak pernah ada lagi sapa, ketika itu juga rasa kita menghilang...
Menyakitkan memang.... tapi begitulan hidup... tak pernah ada yang abadi. Begitu juga dengan hati kita...
Hm....bukan aku ingin mengatakan bahwa kita berdua tidak setia, tetapi... justru di sinilah kesetiaan kita terbukti. Kesetiaan untuk tetap berpegang pada nilai dan pilihan kita. Duh.... kita tak pernah tahu yah... bahwa canda kita dahulu telah menjadi duri bagi hari-hari kita selanjutnya...

Terima kasih untuk 2 tahun perjalanan kita... tapi itu tak akan lagi membuatku menengok ke belakang... karena hidup terus bergulir... tidak boleh tertambat di masa lalu...

to : mas darry ...