Monday, December 09, 2002

Duri (Anonim)

Sandra masuk ke dalam toko bunga dengan langkah berat. Ia sedang
mengalami hal berat dalam kehidupannya. Ketika ia sedang hamil empat
bulan pada kehamilannya yang kedua, sebuah kecelakaan mobil merengut
nyawa janinnya.

Pada minggu "Thanksgiving" ini, ia mungkin akan melahirkan seorang
putra jika kecelakaan itu tidak terjadi. Ia sangat sedih, benar-benar
terpukul atas kejadian itu. Tetapi sepertinya, kejadian itu belum
cukup, perusahaan di mana tempat suaminya bekerja, menugaskan
suaminya untuk bekerja di bagian cabang. Kemudian, adik perempuannya,
yang ketika masa liburan tiba selalu mengunjunginya, menghubunginya
karena ia tidak dapat berkunjung pada liburan kali ini.

Kemudian teman Sandra menasehati Sandra dengan mengatakan bahwa
segala kedukaan yang ia alami adalah jalan Tuhan untuk
mendewasakannya sehingga ia dapat bersikap lebih tenggang rasa
terhadap penderitaan orang lain. "Ia tidak tahu apa yang aku
rasakan," pikir Sandra dengan lirih.

Thanksgiving? Berterima kasih untuk apa? pikirnya. Untuk supir truk
yang ceroboh, yang menyerempet mobilnya dengan sangat keras? Untuk
kantong udara penyelamat mobil yang menyelamatkan hidupnya, tetapi
mengambil hidup bayinya?

"Selamat siang, bisa saya bantu?" secara tiba-tiba ia berhenti dari
lamunannya.

"Aku... aku membutuhkan persiapan untuk thanksgiving," jawab Sandra
dengan gagap.

"Untuk Thanksgiving? Apakah kamu ingin suatu hal yang indah, tetapi
sederhana, ataukah kamu ingin menghadirkan situasi yang berbeda
seperti pilihan pelanggan di sini, yang kusebut sebagai 'Thanksgiving
istimewa?' tanya penjaga toko. "Aku yakin bunga-bunga itu
menceritakan sesuatu dalam kehidupanmu," lanjutnya. "Apakah kamu
mencari sesuatu yang bisa menyampaikan rasa terima kasihmu pada hari
Thanksgiving ini?"

"Tidak juga!" celetuk Sandra. "Dalam lima bulan terakhir ini,
semuanya yang bisa menjadi buruk benar-benar menjadi buruk."

Sandra menyesali ucapannya tadi, dan sangat terkejut ketika penjaga
toko itu berkata, "Aku telah mempersiapkan sesuatu untukmu di hari
Thanksgiving ini."

Pada saat itu, bel pintu toko berbunyi, dan penjaga toko menyalami
seorang pelanggan yang baru saja masuk. "Hai, Barbara... tunggu
sebentar yah, aku ambilkan pesananmu." Penjaga toko itu masuk ke
dalam, menuju ruang kerjanya, kemudian muncul kembali sambil membawa
berbagai macam persiapan untuk Thanksgiving, seperti tanaman hijau,
pita-pita, dan tangkai bunga mawar duri yang panjang. Anehnya, hanya
tangkainya saja, tidak ada bunganya.

"Mau dimasukkan ke dalam kotak?" tanya penjaga toko.

Sandra mengamati reaksi pelanggan itu. Apakah ini hanya lelucon?
Siapa yang mau tangkai mawar tanpa bunganya! Ia menunggu seseorang
tertawa, tetapi wanita itu tidak tertawa.

"Iya, Tolong yah," jawab Barbara dengan tersenyum.

"Aku kira setelah tiga tahun mengalami Thanksgiving yang istimewa,
aku tidak akan tersentuh dengan nilai dari Thanksgiving ini, tetapi
aku bisa merasakannya di sini," ia berkata sambil menyentuh dadanya.
Dan ia pergi dengan pesanannya.

"Uh," gumam Sandra, "wanita itu telah pergi dengan, uh... ia telah
pergi tanpa bunga!"

"Baiklah," kata penjaga toko, "Aku akan memotong bunga itu. Itulah
Thanksgiving istimewa. Aku menyebutnya sebagai 'Karangan Bunga
Berduri Thanksgiving'."

"Ayolah, kau tidak bisa menyebutkan siapa yang bersedia membayar
untuk tangkai bunga seperti itu!" seru Sandra.

"Barbara datang ke toko ini tiga tahun yang lalu dengan perasaan sama
seperti yang kau alami sekarang ini," si penjaga toko
menjelaskan. "Ia berpikir tidak perlu banyak berterima kasih kepada
Tuhan. Ia telah kehilangan ayahnya karena penyakit kanker, bisnis
keluarganya juga sedang buruk, putranya terlibat dalam masalah obat-
obatan, dan ia tengah menghadapi operasi pembedahan yang sangat
serius."

"Pada tahun yang sama, aku kehilangan suamiku," lanjut si penjaga
toko, "dan untuk pertama kalinya dalam kehidupanku, aku menghabiskan
liburan sendirian. Aku tidak memiliki anak, suami, kerabat dekat, dan
memiliki banyak utang."

"Jadi apa yang kau lakukan?" tanya Sandra.

"Aku belajar untuk berterima kasih atas segala penderitaanku," jawab
penjaga toko itu dengan pelan. "Dulu aku selalu bersyukur kepada
Tuhan atas segala hal yang baik dalam kehidupanku dan tidak pernah
mempertanyakan mengapa hal yang terbaik terjadi kepadaku. Tetapi,
ketika hal yang buruk menimpaku, aku mempertanyakan berbagai
pertanyaan kepada Tuhan, aku menyalahkan Tuhan, aku marah kepada
Tuhan! Aku membutuhkan waktu lama untuk mengerti dan mempelajari
bahwa saat-saat sulit dan menderita sangatlah penting. Saat kita
menderita itulah, kita memperoleh kekuatan. Aku selalu terlena
dengan 'bunga' kehidupanku, tetapi ternyata duri kehidupankulah yang
memperlihatkan kepadaku keindahan dari kerahiman Tuhan. Kau tahu,
dalam alkitab tertulis bahwa Tuhan selalu menghibur kita ketika kita
menderita, Tuhan memberikan kepada kita kekuatan, dan dari
penghiburanNya lah kita belajar untuk menghibur orang lain."

Sandra mulai berpikir tentang perkataan temannya yang mencoba untuk
memberitahukan kepadanya. "Aku rasa yang benar adalah aku tidak perlu
dihibur. Aku telah kehilangan bayiku dan aku marah terhadap Tuhan."

Pada saat itu juga seseorang masuk ke dalam toko. "Hey, Phil!" teriak
penjaga toko kepada seorang pria botak bertubuh gemuk.

"Istriku memintaku untuk mengambil pesanan Thanksgiving istimewa...
dua belas tangkai duri!" canda Phil ketika si penjaga toko
menyerahkan sebuah bungkusan persiapan Thanksgiving.

"Semuanya itu adalah untuk istrimu?" tanya Sandra ragu. "Apakah kau
keberatan jika aku bertanya mengapa ia menginginkan sesuatu seperti
itu pada hari Thanksgiving?"

"Tidak... bahkan aku sangat senang kau bertanya," jawab Phil. "Empat
tahun lalu, aku dan istriku hampir bercerai. Setelah empat puluh
tahun, kami berada dalam keadaan yang kacau, tetapi dengan kasih
Tuhan dan bimbinganNya, kami berhasil mengatasi masalah demi masalah.
Tuhan telah menyelamatkan pernikahan kami. Jenny di sinilah (sang
penjaga toko) yang mengatakan kepadaku bahwa ia menyimpan vas bunga
yang berisikan tangkai bunga mawar untuk mengingatkan kepadanya apa
yang ia pelajari dari saat-saat 'berduri' dalam kehidupannya, dan itu
sangatlah menjelaskanku. Aku membawa beberapa tangkai bunga mawar ke
rumah. Lalu aku dan istriku memutuskan untuk menamai setiap tangkai
bunga dengan masalah yang kami hadapi, kami berusaha untuk mengerti
maksud dari masalah itu, dan ternyata duri-duri yang kami alami itu
benar-benar memberikan kekuatan kepada kami, kami berterima kasih
kepada Tuhan atas pelajaran dari masalah itu."

Setelah Phil membayar penjaga toko itu, ia berkata kepada
Sandra, "Aku sangat menyarankan agar kau mengambil yang 'istimewa'"

"Aku tidak mengetahui apakah aku bisa bersyukur atas duri
kehidupanku," kata Sandra. "Semua duri itu masih sangatlah.... baru."

"Baiklah," jawab penjaga toko itu dengan hati-hati, "pengalamanku
telah menunjukkan kepadaku bahwa duri dalam kehidupan kita telah
membuat bunga-bunga kehidupan kita lebih berharga. Kita menyimpan
anugerah Tuhan lebih baik selama kita berada dalam masalah
dibandingkan dengan saat-saat lain. Ingat, karena mahkota duri yang
Yesus kenakanlah sehingga kita dapat mengalami kasihNya. Jangan
menyesali duri-duri kehidupanmu. Duri-duri kehidupanmu itulah yang
membentukmu dan memberimu kekuatan."

Air mata mengalir deras di pipi Sandra. Untuk pertama kalinya sejak
kecelakaan itu, ia menghilangkan duka dan penyesalannya. "Aku akan
mengambil dua belas tangkai bunga berduri, tolong yah...." ia berkata
sambil terisak-isak.

"Baiklah, aku akan menyiapkan mereka dalam beberapa menit," jawab
penjaga toko itu dengan ramah.

"Terima kasih. Berapa semua biayanya?"

"Tidak ada. Tidak ada, yang ada hanya suatu janji bahwa kau akan
mengijinkan Tuhan untuk menyembuhkan hatimu. Biarkan aku membelikanmu
barang persiapan untuk Thanksgiving tahun pertamamu." penjaga toko
itu tersenyum dan menyerahkan sebuah kartu kepada Sandra. "Aku
selipkan kartu ini dalam barang-barang persiapan Thanksgiving, tetapi
mungkin kau ingin membacanya terlebih dahulu."

Di dalam kartu itu tertulis : "Tuhanku, aku belum pernah bersyukur
kepadaMu untuk semua duriku. Aku berterima kasih kepadaMu atas segala
bunga kehidupan yang kuterima, tetapi belum pernah sekalipun aku
berterima kasih untuk penderitaanku. Ajarilah aku untuk menanggung
beban salibku dengan tabah, ajarilah aku untuk menghargai nilai yang
terkandung dari setiap penderitaan atau duri yang kuhadapi.
Tunjukkanlah kepadaku, bahwa lewat jalan yang sulit, menderita, dan
jalan yang penuh dengan kerikil, setiap hari aku semakin bertambah
dekat denganMu. Tunjukkanlah kepadaku, ya Tuhan, lewat air mataku,
warna pelangiMu yang sangat indah."

Pujilah nama-Nya untuk segala bunga kehidupanmu, berterima kasihlah
kepadaNya untuk semua duri yang kau peroleh!(AS)

No comments: