Wednesday, July 23, 2003

Layla Majnun:roman cinta paling populer & abadi



TIADA kisah cinta yang termashur dan abadi seperti kisah Layla-Majnun atau Qays dan Layla. Dan tidak ada kajian sebuah roman yang begitu banyak, mendalam daan terus berjalan dari generasi ke generasi seperti kajian terhadap roman cinta Qays bin al Mulawwah. Juga tiada hikayat yang memiliki demikian banyak versi, selain cinta si gila (majnun) dari marga Amir terhadap Laylanya.

Paragraf diatas, yang sengaja di tulis italic itu, adalah paragraf pertama dalam pengantar buku ini yang ditulis oleh penyadurnya, Sholeh Gymsar. Buku ini, dalam bahasa Indonesia disadur secara bebas oleh Sholeh Gymsar dan selain dalam versi bahasa indonesia, terdapat berbagai versi lain dalam bahasa yang lain pula. Diantaranya, versi bahasa Inggris oleh James Atkison yang terbit dengan judul Laili And Majnun, A Poem. Dalam bahasa Arab oleh Abu Bakar Walbiy dengan judul Qays bin Al Mulawah, Majnun Layli.Dalam bahasa Indonesia ini sendiri diterbitkan oleh penerbit Navila Jogjakarta.

***


Tersebutlah seorang anak manusia bernama Qays, putra seorang pemimpin kabilah bani Amir yang hidup dilembah Hijaz. Lembah Hijaz ini terletak antara Makkah al-Mukarromah dan Madinah al-Munawarah. Qays merupakan anak semata wayang yang sangat ditunggu-tunggu kelahirannya. Ia diharapkan akan meneruskan kepemimpinan ayahnya di kabilah tersebut. Karena anak semata wayang, terlebih mengingat kelahirannya yang begitu diharapkan, pantaslah jika seluruh perhatian keluarga tercurah padanya. Sejak kelahiran Qays, Syed Omri, ayahnya itu, seolah tak ingin sekejap pun melewatkan kebahagiaan bersama putra kesayangannya. Tiap detik waktunya dimanfaatkan untuk menimang putra kesayangannya.

Menginjak usia remaja, seperti layaknya remaja lain, Qays dikirim kepada seorang guru untuk belajar padanya, dengan harapan kelak menjadi pemuda terhormat. Qays menjadi salah satu siswa yang cerkun: cerdas dan tekun. Ia dapat dengan cepat menerima pelajaran yang disampaikan gurunya.

Diantara banyak siswa yang berguru disana, tersebut pula seorang gadis manis yang wajahnya amat anggun mempesona, bertubuh laksana pohon cemara,
memiliki bola mata hitam laksana rusa dan berambut hitam, hitam tebal bergelombang --kok mirip simanja?--. Nama gadis itu bisa ditebak, Layla.

Singkat cerita, Qays terpukau pada gadis itu. Sejak menatap dan kemudian jatuh hati pada Layla, Qays punya kebiasaan baru: Melamun dan merangkai syair.

Berlalu masa, saat orang-orang meminta pertolongan padaku
Dan sekarang, adakah seorang penolong yang akan mengabarkan rahasia jiwaku pada Layla?
Wahai Layla, Cinta telah membuatku lemah tak berdaya
Seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan tidak memiliki harta
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu dan bebatuan itu akan hancur,
berserak bagai pecahan kaca
Begitulah cinta yang engkau bawa padaku
Dan kini, hatiku hancur binasa
Hingga orang-orang memanggilku si dungu yang suka merintih dan menangis
Mereka mengatakan aku tersesat
Duhai, mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan diterpa panas mentari
bagiku cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata
Remaja manakah yang dapat selamat dari api cinta?

....p.11-12

Dan Ia tak bertepuk sebelah tangan, karena begitu pula layla yang mengungkapkan perasaannya dalam sebuah syair:

Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian
Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita
sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa asmara tersimpan dalam hati.

....p.12

Namun, sekali lagi ada namun, harapan tak selalu sesuai dengan kenyataan. Oleh karena tingkah Qays (yang berlebihan?), hingga ia gila
dan membuat malu keluarga Layla, maka lahirlah sebuah penghambat yang tanpa ia sadari terlahir dari perilakunya sendiri. Cintanya dihalangi oleh keluarga Layla yang tidak terima anak gadisnya
berpasangan dengan seorang gila.

Berbagai cerita kemudian mengiringi perjalanan mereka, harapan dan peluang silih berganti hadir.
Tetap saja, dinding besar itu terlalu kuat untuk dihadang. Titik temu yang kemudian menyatukan mereka, bernama kematian.


No comments: